IDXChannel - Nilai tukar rupiah hari ini menguat 78 poin atau 0,47 persen ke level Rp16.350 per USD.
Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah salah satunya berasal dari sentimen eksternal, di mana Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 200 persen pada minuman beralkohol Eropa, termasuk anggur dan sampanye sebagai balasan atas keputusan Uni Eropa untuk mengenakan tarif 50 persen pada wishki Amerika.
“Keputusan UE, yang akan mulai berlaku pada 1 April, merupakan balasan terhadap tarif 25 persen yang baru diterapkan AS pada baja dan aluminium impor. Selain itu, Trump akan memberlakukan tarif timbal balik di seluruh dunia pada 2 April, yang dapat semakin memperburuk suasana hati investor,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (14/3/2025).
Bersamaan dengan itu, data ekonomi AS baru-baru ini mengungkapkan angka inflasi yang lebih rendah, baik indeks harga konsumen (CPI) maupun indeks harga produsen (PPI) menunjukkan tekanan inflasi yang lebih lemah dari yang diharapkan. Ini memperkuat ekspektasi potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve akhir tahun ini.
Federal Reserve dijadwalkan bertemu pada 18-19 Maret untuk membahas kebijakan suku bunga. Konsensus saat ini mengantisipasi bahwa suku bunga akan tetap, tidak berubah karena inflasi yang terus-menerus dan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung.
Selain itu, Bank sentral China, People's Bank of China (PBoC), mengumumkan rencana pada Kamis untuk menerapkan instrumen moneter tambahan yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan.
Langkah-langkah ini termasuk potensi penurunan suku bunga dan menjaga stabilitas mata uangnya di tengah lingkungan ekonomi global yang menantang.
Sementara dari sentimen dalam negeri, kata Ibrahim, berbagai data yang baru dirilis kian menegaskan tantangan kelesuan ekonomi domestik sebaiknya tidak diremehkan.
Rasio tabungan masyarakat Indonesia jatuh ke level terendah sejak 2021 ketika kondisi penghasilan masyarakat melemah sampai berdampak pada daya beli. Sehingga pemerintah harus benar-benar serius dalam menangani hal tersebut.
"Apalagi kondisi ekonomi dinilai akan semakin memburuk dalam enam bulan ke depan hingga menurunkan keyakinan konsumen ke level terendah dalam tiga bulan, ketika lapangan kerja makin sulit didapatkan dan arus pemutusan hubungan kerja kian meluas ke berbagai industri," ujarnya.
Potret suram perekonomian domestik juga akhirnya memantik banyak respons dari institusi keuangan asing yang mengelola dana global. Salah satu bank terbesar di Singapura, OCBC, memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I-2025 hanya akan tumbuh 4,8 persen.