“Sejauh ini menurut saya BI memantau. Tapi triple intervention dan strategi untuk menjaga stabilitas Rupiah pasti akan dilakukan. Itu akan dilakukan apalagi bila nilai tukar rupiah melemah terlalu jauh dari fundamentalnya. Untuk waktunya, itu merupakan ranah dari BI untuk memutuskan,” bebernya.
Selain BI, Josua mengatakan pemerintah juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga stabilitas Rupiah khususnya untuk mendorong kinerja ekspor. Pasalnya, harga komoditas ekspor energi mulai mengalami normalisasi. Hal itu tercermin melalui harga batu bara yang sudah turun kurang lebih menjadi 140 dolar AS per ton dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) turun di bawah 1.000 dolar AS per ton.
Lebih lanjut, revisi terbaru mengenai devisa hasil ekspor (DHE) juga perlu dikeluarkan untuk memberikan kepastian dan mendorong suplai valas di dalam negeri.
“Bolanya lebih banyak di Pemerintah. Pemerintah bisa terus dorong kinerja ekspor dengan mendorong komoditas lainnya, tidak hanya mengandalkan energi dan memberikan kepastian revisi DHE,” katanya.
(FRI)