Oleh karena itu, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan terpangkas 0,3 hingga 0,5 persen akibat kebijakan ini. Selain itu, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor padat karya seperti tekstil dan alas kaki semakin besar.
"Walaupun terpangkas, posisi Indonesia masih kuat, meski proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2025 turun dari 5,2 persen menjadi 4,7-5 persen. Sebab proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi global yang hanya 2,3 persen," katanya.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.200-Rp16.250 per USD.
(Dhera Arizona)