Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen penguatan rupiah datang dari ekspektasi bahwa The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan seiring melemahnya momentum ekonomi.
“Investor telah beralih ke pandangan bahwa The Fed mungkin akan mulai melonggarkan kebijakan seiring melemahnya momentum ekonomi,” kata Ibrahim dalam risetnya.
Di sisi domestik, penguatan rupiah juga didukung oleh data Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia yang meningkat pada akhir November 2025 menjadi USD150,1 miliar, naik dari USD149,9 miliar pada akhir Oktober 2025. Kenaikan Cadev ini bersumber antara lain dari penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Ibrahim memprediksi bahwa pada perdagangan selanjutnya, rupiah akan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.640 - Rp16.680 per dolar AS.
(kunthi fahmar sandy)