IDXChannel - Nilai tukar rupiah pada akhir pekan perdagangan ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Penguatan ini didorong oleh sentimen eksternal yang meluas, yakni meningkatnya ekspektasi pelaku pasar bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan Desember mendatang.
Di pasar spot, mengutip Bloomberg, rupiah menguat 0,03 persen secara harian ke level Rp16.648 per dolar AS.
Secara mingguan, rupiah mencatatkan apresiasi sebesar 0,16 persen dari posisi Rp16.675 per dolar AS pada penutupan pekan sebelumnya Jumat (28/11/2025).
Sementara itu, berdasarkan kurs tengah Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup melemah 0,05 persen secara harian menjadi Rp16.655 per dolar AS.
Namun, secara mingguan, rupiah Jisdor masih mencatat penguatan tipis 0,03 persen dari posisi Rp16.661 per dolar AS.
Meskipun mencatat kinerja positif, apresiasi rupiah berada di tengah jika dibandingkan dengan mata uang lainnya di kawasan Asia. Penguatan rupiah tercatat sebesar 0,09 persen sepanjang pekan.
Dua mata uang negara tetangga memimpin laju penguatan Asia seperti Baht Thailand perkasa dengan apresiasi 0,78 persen dan Ringgit Malaysia mendominasi dengan kenaikan 0,56 persen.
Diikuti oleh Yen Jepang (menguat 0,52 persen) dan Dolar Taiwan (menguat 0,33 persen). Di sisi lain, beberapa mata uang melemah, antara lain Rupee India (turun 0,65 persen), Peso Filipina (turun 0,53 persen), dan Won Korea (turun 0,4 persen).
Pergerakan mata uang Asia, termasuk rupiah, sangat dipengaruhi oleh dinamika dolar AS di pasar global. Indeks dolar AS (DXY) turun 0,45 persen sepanjang pekan ini ke 98,992.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen penguatan rupiah datang dari ekspektasi bahwa The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan seiring melemahnya momentum ekonomi.
“Investor telah beralih ke pandangan bahwa The Fed mungkin akan mulai melonggarkan kebijakan seiring melemahnya momentum ekonomi,” kata Ibrahim dalam risetnya.
Di sisi domestik, penguatan rupiah juga didukung oleh data Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia yang meningkat pada akhir November 2025 menjadi USD150,1 miliar, naik dari USD149,9 miliar pada akhir Oktober 2025. Kenaikan Cadev ini bersumber antara lain dari penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Ibrahim memprediksi bahwa pada perdagangan selanjutnya, rupiah akan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.640 - Rp16.680 per dolar AS.
(kunthi fahmar sandy)