sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Rupiah Terdepresiasi, Pengusaha Diimbau Lakukan Penyesuaian Bisnis

Market news editor Anggie Ariesta
19/06/2024 15:02 WIB
Ada dua skenario yang bisa digunakan para pelaku usaha yakni natural hedging dan currency mismatch.
Rupiah Terdepresiasi, Pengusaha Diimbau Lakukan Penyesuaian Bisnis (Foto: MNC Media)
Rupiah Terdepresiasi, Pengusaha Diimbau Lakukan Penyesuaian Bisnis (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pelaku industri maupun pengusaha diimbau untuk melakukan penyesuaian bisnis imbas melemahnya nilai tukar rupiah.

Ekonom Senior dan Associate Faculty LPPI Ryan Kiryanto menilai, ada dua skenario yang bisa digunakan para pelaku usaha yakni natural hedging dan currency mismatch.

"Sekiranya produsen-produsen atau pengusaha kita itu memiliki ketergantungan bahan-bahan baku atau bahan setengah jadi itu dari import, kemudian output produknya itu dijual mayoritas ke pasar eksternal atau pasar global, tentu berapapun depresiasi mata uang rupiah relatif tidak mengganggu. Karena itu terjadi yang kita kenal dengan istilah natural hedging," kata Ryan dalam Market Review IDX, Rabu (19/6/2024).

Untuk skenario kedua, lanjutnya dinilai kurang baik ketika komponen impor begitu dominan. Namun penjualan atau pemasaran produk akhirnya mayoritas dijual di dalam negeri.

"Nah tentu ini tidak baik bagi importer kita ya, karena mereka akan mengalami semacam foreclose gitu. Nah tentu solusi semacam lindung nilai atau hedging barangkali bisa dilakukan oleh para pengusaha kita yang memiliki ketergantungan bahan-bahan baku impor yang cukup dominan, misalnya lebih dari 50 persen seperti itu," tuturnya.

Adapun Ryan tidak menduga rupiah bisa tembus Rp16.000 per USD dari semula asumsi tahun lalu hanya dipatok di angka Rp15.000 per USD. 

"Makanya teman-teman pebisnis, pengusaha harus betul-betul mencermati proyeksi ya pergerakan daripada mata uang rupiah kita terutama terhadap USD dan juga kita cermati juga perkembangan dari mata uang peer kita yaitu negara-negara berkembang sesama Asia," kata Ryan.

Ryan menambahkan, pendekatan terakhir sangat konservatif bagi pebisnis untuk sementara waktu mengurangi komponen-komponen impornya selama substitusi dari barang-barang domestik.

"Terakhir tentunya ya kita harus ya dengan kesadaran sendiri kita mungkin harus mengurangi apa namanya konsumsi untuk barang-barang konsumtif tetapi itu yang berasal dari luar negeri atau kita impor barang-barang konsumsi mungkin itu harus kita kurangi," ujarnya.

(DES)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement