Dampak terhadap RI
Sementara, BRI Danareksa dalam riset pada 30 September 2024, menjelaskan, stimulus pemerintah China diprediksi berdampak positif bagi Indonesia melalui saluran perdagangan, peningkatan aktivitas pariwisata, dan perubahan aliran modal.
Analis BRI Danareksa menulis, ekonomi China yang lebih kuat diharapkan memberikan dampak positif bagi Indonesia, meskipun ada tantangan yang perlu diwaspadai.
Pertama, stimulus fiskal China akan meningkatkan permintaan komoditas global, yang menguntungkan Indonesia sebagai mitra dagang, dengan pangsa ekspor ke China meningkat dari 12 persen pada 2013 menjadi 25 persen pada 2023.
Kedua, meningkatnya kepercayaan konsumen di China dapat mendongkrak sektor pariwisata Indonesia, meskipun kunjungan turis China masih jauh dari angka sebelum pandemi.
Ketiga, prospek ekonomi China yang lebih kuat dapat berdampak negatif pada aliran modal asing ke Indonesia.
Ini mirip dengan situasi akhir 2022 ketika pelonggaran kebijakan nol-COVID menyebabkan arus masuk yang signifikan ke China dan keluarnya arus modal dari pasar saham dan surat utang Indonesia.
“Dalam pandangan kami, gelombang stimulus yang baru ini dapat memiliki dampak jangka panjang, menarik aliran modal yang berkelanjutan ke China,” kata analis BRI Danareksa.
BRI Danareksa berpendapat, gelombang stimulus yang baru ini berpotensi menarik aliran modal yang berkelanjutan ke China, dengan dampak pada pengeluaran konsumen dan harga properti menjadi indikator penting untuk dipantau.
Menurut catatan BRI Danareksa, sejak awal tahun, pemerintah China menunjukkan peningkatan urgensi dalam kebijakan ekonominya.
Mereka mengeluarkan Ultra Long Bond keempat, setelah tiga penerbitan sebelumnya pada tahun-tahun krisis, serta meluncurkan paket stimulus properti senilai CNY300 miliar, tiga kali lipat dari tahun lalu.
Pada Juli, reformasi ekonomi diperkenalkan selama Third Plenum, memungkinkan pemerintah daerah untuk mencari sumber pendapatan baru.
Pada pekan lalu, pemerintah China meluncurkan langkah-langkah stimulus moneter terbesar sejak pandemi Covid-19 untuk menghidupkan kembali perekonomian yang bermasalah.
Stimulus tersebut terdiri dari tiga bagian utama.
Pertama, pemangkasan rasio cadangan wajib (RRR) atau Giro Wajib Minimum (GWM) dan suku bunga kebijakan.
Kedua, penurunan suku bunga hipotek untuk pinjaman rumah yang ada dan pengurangan syarat uang muka untuk rumah kedua.
Ketiga, penciptaan dua alat kebijakan moneter struktural baru untuk mendukung pasar saham, memungkinkan investor institusi meminjam aset likuid dari bank sentral. (Aldo Fernando)