sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham AADI Jatuh 7 Persen saat Ex Dividen, Simak Analisisnya

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
18/11/2025 10:56 WIB
Saham emiten batu bara milik konsorsium Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), melemah tajam pada Selasa (18/11/2025).
Saham AADI Jatuh 7 Persen saat Ex Dividen, Simak Analisisnya. (Foto: Adaro Andalan)
Saham AADI Jatuh 7 Persen saat Ex Dividen, Simak Analisisnya. (Foto: Adaro Andalan)

IDXChannel – Saham emiten batu bara milik konsorsium Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), melemah tajam pada Selasa (18/11/2025) setelah memasuki ex date dividen, yakni tanggal ketika investor yang baru membeli saham tidak lagi berhak menerima dividen.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.40 WIB, saham AADI turun 7,14 persen ke Rp8.125 per unit, setelah mengalami gap down.

Gap down artinya kondisi ketika harga pembukaan berada jauh lebih rendah daripada penutupan sebelumnya sehingga memunculkan celah pada grafik, biasanya dipicu tekanan jual kuat sejak pra-pembukaan pasar. Nilai transaksi tercatat Rp72,88 miliar.

Penurunan harga hari ini hampir setara dengan estimasi dividend yield sebesar 6,1 persen, merujuk pada harga penutupan saat cum date pada Senin (17/11). Situasi tersebut menunjukkan indikasi dividend trap, yaitu kondisi ketika investor atau spekulan terpikat oleh imbal hasil dividen yang tinggi, tetapi justru merugi karena harga saham melemah setelah memasuki tanggal ex-date.

Dalam sepekan, AADI sudah turun 6,32 persen, sementara dalam satu bulan saham ini masih membukukan kenaikan 4,49 persen.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai saham AADI tetap menarik meski mengalami penurunan tajam seiring ex-date dividen hari ini.

“Secara prospek, AADI memIliki peluang yang menarik, seiring rasio price-to earnings (P/E) sekitar 4,5 kali untuk 2025 dan imbal hasil dividen yg menarik,” kata Michael, Selasa (18/11/2025).

Tidak hanya dari sisi fundamental, Michael juga menyoroti prospek teknikal saham tersebut. “Secara Teknikal, AADI berpeluang untuk menguji support di 8000,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa jika level 8.000 dapat bertahan, hal ini berarti ada ruang bagi AADI untuk naik lebih tinggi, yakni ke level psikolgis Rp10.000.

Prospek

Sementara itu, UOB Kay Hian menyoroti prospek positif AADI dengan fokus pada imbal hasil dividen yang tinggi dan siklus harga batu bara yang menguntungkan.

Dalam riset yang terbit 7 Oktober 2025, UOB Kay Hian memperkirakan dividen yield AADI dapat mencapai 12-16 persen, seiring perusahaan memasuki fase generatif kas setelah pelunasan utang.

Belanja modal besar akan berakhir tahun ini, dan ke depan hanya akan difokuskan pada pemeliharaan senilai USD220-USD250 juta per tahun. Kondisi ini diperkirakan meningkatkan arus kas bebas dan mendukung pembayaran dividen yang stabil, sekaligus menjaga fleksibilitas neraca.

AADI, yang merupakan hasil spin-off dari ADRO dan melantai di bursa sejak Desember 2024, juga tengah menjalankan program pembelian kembali (buyback) saham hingga RUPS 2026.

Dari sisi pasar, UOB Kay Hian mencatat musim dingin berpotensi mengangkat harga batu bara global. Secara historis, harga Newcastle 6.000 rata-rata naik 72 persen dari kuartal pertama ke kuartal keempat dalam periode 2021–2024, bahkan sempat melonjak lebih dari 130 persen pada 2022.

Pola musiman ini memberi angin segar bagi produsen seperti AADI, yang 75 persen volume penjualannya berasal dari ekspor.

Secara kinerja, laba AADI diperkirakan akan menurun pada 2025 akibat harga jual rata-rata yang lebih rendah, namun pulih secara moderat pada 2026 seiring stabilnya harga dan menurunnya biaya unit.

Dengan margin EBITDA yang stabil di kisaran 23–24 persen dan berkurangnya beban depresiasi serta biaya keuangan, perusahaan diperkirakan mampu menjaga ketahanan laba per saham (EPS), ditopang kebijakan dividen dan program buyback.

UOB menetapkan rekomendasi beli untuk saham AADI dengan target harga Rp13.000 per unit.

Dividen Interim Jumbo

Sebelumnya, AADI mengumumkan pembagian dividen interim jumbo senilai USD250 juta atau setara Rp4,12 triliun (kurs Rp16.500 per USD) untuk tahun buku 2025.

Jumlah dividen ini setara 42,5 persen dari dari laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk USD588 juta per 30 September 2025.

Posisi saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya mencapai USD973 juta dengan total ekuitas USD3,8 miliar.

Dividen interim akan dibagikan kepada pemegang saham perseroan yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada 19 November 2025 sampai dengan pukul 16:00 WIB.

Rencana pembagian dividen interim ini sesuai dengan keputusan direksi yang telah disetujui dewan komisaris pada 7 November 2025. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement