ADMR diharapkan mencatat pendapatan USD1,1 miliar dengan margin EBITDA lebih dari 50 persen, sementara SIS berkontribusi USD111 juta dari aktivitas pengupasan tanah.
Selain itu, ADRO agresif memperluas portofolio hijau melalui Adaro Green dan ADMR. Proyek besar mencakup pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Indonesia dengan kapasitas 1.375 MW yang dijadwalkan beroperasi pada 2030, serta pabrik smelter aluminium hijau di Kawasan Industri Kaltara.
“Pelepasan unit usaha AADI akan memberikan ADRO akses yang lebih baik terhadap pendanaan hijau dengan suku bunga kompetitif di bawah 9 persen. Hal ini diharapkan mampu menurunkan biaya modal gabungan (blended cost of capital) ADRO,” kata analis Samuel.
Aset-aset hijau tersebut, masih mengutip analis Samue, diproyeksikan menjadi katalis utama dalam mendorong revaluasi positif (re-rating) nilai perusahaan di masa depan.
Samuel Sekuritas juga menilai revaluasi wajar mengingat pergeseran fokus bisnis ADRO.