Presiden AS Donald Trump pada Rabu mengumumkan akan sementara menurunkan tarif untuk puluhan negara, tetapi justru menaikkan bea impor terhadap China dari 104 persen menjadi 125 persen.
"Emas kembali mengukuhkan statusnya sebagai aset aman dan menuju rekor baru," ujar Senior Market Analyst di Tradu.com, Nikos Tzabouras.
"Namun, prospek kesepakatan dagang dengan mitra perdagangan lain berisiko menekan kenaikan emas, sementara ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih terbatas dapat memperkuat dolar dan menjadi hambatan tambahan."
Euforia pasar akibat penangguhan tarif balasan selama 90 hari terhadap sejumlah negara segera beralih menjadi ketidakpastian baru, seiring kenaikan tarif terhadap China.
"Emas terus memanfaatkan statusnya sebagai satu-satunya aset aman yang tersisa," kata analis Mizuho Securities USA, Robert Yawger.