Analisis BRI Danareksa Sekuritas untuk GGRM menjelaskan, kendati GGM diperdagangkan dengan valuasi rendah saat ini, pihaknya memperkirakan prospek tetap menantang karena pertumbuhan volume penjualan yang lemah, yang bisa menunda penyesuaian harga lebih lanjut dan mendorong pergeseran produk ke segmen yang lebih terjangkau.
GGRM baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka tidak akan membagikan dividen dari laba bersih untuk tahun fiskal 2023 karena ingin mempertahankan dana untuk modal kerja.
BRI Danareksa pun menurunkan peringkat GGRM menjadi hold dengan target harga baru sebesar Rp17.500.
Risiko upside (kenaikan) untuk GGR, kata BRI Danareksa, termasuk adanya regulasi yang lebih menguntungkan bagi perusahaan rokok Tier-1, seperti kebijakan cukai 2025 dan struktur cukai baru yang memperkecil selisih antara produsen Tier-1 dan produsen kelas bawah.
Hanya saja, memang, belum ada perkembangan lebih lanjut terkait isu di muka.
Yang terang, kenaikan tajam secara tiba-tiba suatu saham biasanya berkaitan dengan kabar signifikan, bisa yang berasal dari eksternal—seperti kebijakan cukai rokok, dalam kasus ini—maupun dari internal, macam aksi korporasi tertentu hingga rapor keuangan yang di luar ekspektasi. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.