sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Empat Bank Besar Lesu di 2025, BBCA Minus Kali Pertama sejak 2008

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
30/12/2025 07:17 WIB
Kinerja saham empat bank besar yang kerap menjadi penggerak utama IHSG lesu sepanjang 2025.
Saham Empat Bank Besar Lesu di 2025, BBCA Minus Kali Pertama sejak 2008. (Foto:
Saham Empat Bank Besar Lesu di 2025, BBCA Minus Kali Pertama sejak 2008. (Foto:

IDXChannel – Kinerja saham empat bank besar yang kerap menjadi penggerak utama IHSG lesu sepanjang 2025. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) bahkan mencatatkan penurunan tahunan pertama sejak krisis finansial 2008 di tengah tekanan pasar dan aksi jual investor asing.

Hingga perdagangan 29 Desember 2025, saham bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terkoreksi 1,98 persen year‑to‑date (YtD) ke Rp3.780 per unit, melanjutkan tren koreksi sejak tahun lalu yang mencapai minus 22,42 persen.

Saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling terpukul dengan anjlok 14,47 persen YtD ke Rp7.975 per saham, mencatatkan kinerja tahunan negatif pertama sejak penurunan 8,75 persen pada 2008 di masa krisis finansial global.

Saham bank pelat merah lainnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun 2,01 persen ke Rp5.075 per unit setelah pada 2024 juga terkoreksi 0,97 persen, sementara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tetap hijau 7,20 persen YtD ke Rp4.280 usai tahun sebelumnya jatuh 15,20 persen.

Pergerakan ini terjadi di tengah aksi jual dari investor asing yang masih net sell pada saham perbankan serta rotasi modal yang mendorong investor mencari peluang di sektor lain.

Investor asing membukukan net sell di saham bank besar sepanjang 2025, dengan BBCA tercatat paling tinggi sebesar Rp28,42 triliun, diikuti BMRI Rp13,75 triliun, BBRI Rp8,97 triliun, dan BBNI Rp4,19 triliun di pasar reguler.

Di sisi lain, valuasi saham bank besar berada di level rendah jika dibandingkan rata‑rata historisnya, mencerminkan tekanan yang berlangsung sejak tahun sebelumnya.

Menurut catatan CGS International (CGSI), dalam riset pada 9 Desember 2025, kepemilikan asing di bank-bank besar Indonesia mengalami penurunan signifikan sejak awal tahun hingga November 2025, mendekati level yang tercatat pada awal pandemi Covid-19.

Pada puncaknya pada 2023-2024, kepemilikan asing sempat berada di atas 75 persen, lebih dari satu standar deviasi di atas rata-rata 10 tahun. Saat ini, level tersebut turun menjadi sekitar 60-70 persen, atau satu standar deviasi di bawah rata-rata.

“Arus dana keluar tersebut dipicu oleh kombinasi faktor makro serta serangkaian penurunan proyeksi laba pada konsensus Bloomberg,” kata analis CGSI.

Prospek Bank di 2026

Analis Maybank Sekuritas Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia akan membaik pada 2026.

Dalam catatannya, dikutip dari Dow Jones Newswires, analis menyebut tiga faktor utama yang mendorong tren ini, yakni penurunan suku bunga, peningkatan penyaluran kredit bersubsidi pemerintah, serta program koperasi desa yang diharapkan memberi efek domino atawa trickle-down effect bagi perekonomian.

Selain itu, data November menunjukkan pertumbuhan simpanan perbankan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit, menandakan likuiditas yang cukup besar. Analis menilai likuiditas ini bisa menjadi pendorong permintaan kredit yang lebih kuat tahun depan.

Dalam sektor perbankan, Maybank Sekuritas Indonesia BBRI, BBCA, BRIS, BMRI, dan BBI sebagai pilihan saham unggulan mereka, berurutan dari yang paling direkomendasikan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement