Menurut catatan UOB, manajemen juga tengah berupaya memperluas basis klien di luar BUMI guna menekan risiko ketergantungan.
Pendanaan ekspansi juga semakin kuat. DEWA telah mengantongi pinjaman sindikasi Rp350 miliar dari Bank Central Asia (BCA) untuk modal kerja dan penambahan armada.
Negosiasi tambahan fasilitas Rp150 miliar dengan Amar Bank dan ICBC masih berlangsung, sementara opsi kerja sama dengan bank asal China juga terbuka untuk mendukung roadmap elektrifikasi.
Tahap awal elektrifikasi akan diterapkan pada pengangkutan batu bara, kemudian meluas ke armada overburden dengan model pembayaran berbasis konsumsi listrik (kWh).
UOB Kay Hian menilai DEWA atraktif berkat proyeksi pertumbuhan EBITDA rata-rata 42,1 persen per tahun pada 2024–2028, ditambah potensi nilai lebih dari bisnis tembaga yang belum masuk perhitungan valuasi.