Sementara, kontrak berjangka nikel di pasar LME menguat 1,98 persen secara harian ke USD17.898 per ton pada Jumat (11/10) pekan lalu. Pada Kamis (10/10), nikel terapresiasi 0,29 persen, rebound dari koreksi dua hari sebelumnya.
Dalam sebulan, nikel melesat 11 persen persen seiring dengan penguatan logam dasar yang didorong oleh stimulus paling agresif China.
PBOC sebelumnya mengumumkan rencana untuk menurunkan biaya pinjaman, menyuntikkan lebih banyak dana ke dalam ekonomi, serta meringankan beban pembayaran hipotek (KPR), termasuk mengurangi biaya pinjaman jangka menengah bagi bank.
Stimulus agresif dari China, sebagai salah satu konsumen utama logam dunia, berpotensi memberikan dorongan signifikan terhadap permintaan nikel.
Dengan menurunkan biaya pinjaman dan menyuntikkan likuiditas ke dalam perekonomian, China berharap meningkatkan aktivitas ekonomi, termasuk sektor industri yang padat penggunaan logam seperti nikel.