“Kenaikan saham FPNI dipicu oleh sentimen positif atas peresmian pabrik petrokimia Lotte Chemical Indonesia (LCI), bagian dari grup yang sama. Proyek LCI berpotensi memberi pasokan bahan baku lebih efisien bagi FPNI dan mengurangi ketergantungan impor,” kata BRI Danareksa.
Namun, analis BRI Danareksa menilai kenaikan tersebut belum sepenuhnya mencerminkan perubahan fundamental.
“Lonjakan harga saat ini lebih karena euforia dan spekulasi jangka pendek, sementara dampak fundamental baru akan terlihat jika FPNI benar-benar memperoleh suplai langsung dari LCI yang bisa menekan biaya produksi,” imbuh BRI Danareksa.
Rapor teranyar, FPNI membukukan kinerja keuangan yang membaik signifikan hingga periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2025. Perseroan mencatat laba bersih sebesar USD5,55 juta, berbalik dari rugi USD2,92 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan FPNI tercatat sebesar USD233,9 juta, turun dari USD281,3 juta tahun lalu seiring tekanan harga dan permintaan. Namun, perseroan berhasil menekan beban serta mencatat keuntungan lain-lain, sehingga laba sebelum pajak berbalik positif menjadi USD4,20 juta dari rugi USD4,17 juta tahun sebelumnya.