Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah justru menjadi katalis positif bagi PSDN, mengingat pendapatan perusahaan dalam mata uang asing akan meningkat ketika dikonversi ke rupiah. Dengan aset riil, gudang, dan jaringan ekspor yang telah mapan, PSDN dinilai sebagai “tulang punggung siap pakai.
Meski sempat mencatat rugi bersih Rp9,99 miliar pada Juni 2025, kondisi keuangan PSDN tetap solid. Perusahaan masih membukukan arus kas positif sebesar Rp2,68 miliar pada periode yang sama.
Herditya menyoroti valuasi PSDN yang masih menarik, dengan Price to Book Value (PBV) sekitar 2,3x dan kapitalisasi pasar di bawah Rp1 triliun. Menurutnya, peluang re-rating sangat terbuka jika aksi korporasi benar-benar diumumkan.
“Kalau investor baru masuk, ini bisa jadi cerita turnaround. Dari emiten tidur jadi bintang baru. Potensinya bisa eksplosif,” ujarnya.
Secara teknikal, grafik harian PSDN menunjukkan pola bullish continuation. Candle hijau beruntun disertai lonjakan volume mengindikasikan akumulasi masif di area Rp120-Rp130. Jika mampu menembus level Rp150, saham ini berpotensi bergerak ke area psikologis Rp180-200, level yang belum tersentuh sejak 2019.
(Rahmat Fiansyah)