Dari sisi profitabilitas, margin EBITDA meningkat menjadi 77,4 persen, naik tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu di 63,1 persen. Peningkatan margin ini utamanya didukung oleh efisiensi di bisnis iklan yang mencatat margin EBITDA sebesar 82,1 persen. Laba bersih WIFI juga melonjak 76 persen secara kuartalan menjadi Rp145 miliar, mencerminkan 41,7 persen dari estimasi laba setahun penuh yang dipatok Samuel Sekuritas.
Dalam riset terbaru yang terbit pada 16 Juli 2025, Samuel juga menyoroti kontribusi pendapatan lain sebesar Rp59 miliar di semester I-2025, yang berasal dari laba bersih sejumlah ISP lokal yang telah diakuisisi. Karena perbedaan waktu pengakuan aset, angka ini dicatat sebagai pendapatan lain, bukan sebagai bagian dari pendapatan utama.
Galang Dana via Rights Issue hingga Obligasi
Melihat ke paruh kedua tahun ini, Samuel Sekuritas optimistis pertumbuhan laba akan berlanjut seiring fleksibilitas pendanaan yang dimiliki perusahaan. WIFI telah berhasil menggalang dana sekitar Rp8,5 triliun dari rights issue serta penerbitan obligasi dan sukuk yang oversubscribed. Selain itu, suntikan dana tunai sebesar Rp1 triliun dari NTT memperkuat neraca perseroan untuk ekspansi pelanggan.
Samuel memproyeksikan jumlah pelanggan akan mencapai 2,2 juta pada akhir 2025 dan melonjak menjadi 5,5 juta pada 2026. Pertumbuhan ini akan ditopang oleh peluncuran produk pada Agustus serta rencana ekspansi ke layanan fixed wireless access (FWA), yang dipandang sebagai pelengkap dari jaringan FTTH (fiber to the home) milik perusahaan.
Kemitraan potensial dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga diyakini akan memperkuat daya saing WIFI. Kolaborasi ini mencakup empat bidang utama: pemanfaatan menara milik Mitratel (MTEL), pengelolaan layanan jaringan, penggunaan backbone TLKM untuk ekspansi di luar Jawa, serta pemanfaatan jaringan Home Pass Indihome yang saat ini menganggur, baik di Jawa maupun luar Jawa.