Lebih lanjut, Saratoga berhasil memangkas nilai utang menjadi Rp1,6 triliun atau turun lebih dari 60 persen dibandingkan 2021. Hal ini juga menyebabkan utang bersih perusahaan berada di posisi yang cukup rendah, yaitu di Rp688 miliar.
Berkat manajemen cash flow yang solid dan terukur, Saratoga saat ini memiliki ruang yang terbuka lebar untuk mengoptimalkan setiap peluang investasi yang sesuai dengan DNA investasi perusahaan.
“Saratoga menutup 2022 dengan dukungan modal yang solid, sehingga perusahaan memiliki ruang yang lebar dalam mengeksekusi strategi investasinya. Kami berharap peningkatan portofolio investasi Saratoga akan terus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan membuka lebih banyak lapangan kerja bagi Indonesia,” lanjut Michael.
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menambahkan, ditengah berbagai tekanan ekonomi dan meningkatnya risiko investasi di seluruh dunia, manajemen berhasil menjaga rasio biaya operasional dan pinjaman pada batas yang sehat.
Rasio biaya operasional terhadap NAV sebesar 0,4 persen, sementara rasio pinjaman terhadap NAV turun menjadi 1,1 persen dibandingkan 2021 yang mencapai 5,8 persen.
"Pengalaman yang semakin matang dan kemampuan Saratoga dalam mengeksekusi strategi investasi di masa-masa pandemi Covid-19 selama tiga tahun ke belakang juga menjadi pendorong NAV perusahaan mencapai rekor tertingginya pada 2022,” pungkas Devin.
(DES)