Rencana penerbitan surat utang ini dilakukan di tengah rendahnya harga minyak saat ini berkisar USD75 dolar per barel, di bawah harapan pemerintah Arab Saudi yang membutuhkan harga minyak USD100 per barel agar APBN tak defisit.
Selain kerajaan, harga minyak juga berdampak pada kinerja keuangan Saudi Aramco yang laba bersihnya turun. Selama ini, pemerintah Saudi sangat tergantung pada dividen Aramco yang tahun ini diperkirakan menyumbang kas kerajaan hingga USD124 miliar atau hampir Rp2.000 triliun.
Sementara posisi arus kas operasional Saudi Aramco tercatat USD19 miliar di kuartal terakhir, sehingga untuk bisa membayar dividen sesuai target, perusahaan memerlukan tambahan utang lebih besar.
Pada Juli 2024, Saudi Aramco untuk pertama kalinya menerbitkan obligasi berdenominasi dolar AS senilai USD6 miliar. Adapun satu bulan sebelumnya, pemerintah Saudi melepas sebagian saham di Saudi Aramco dan memperoleh dana USD12 miliar.
(Rahmat Fiansyah)