IDXChannel - Aktivitas pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2024 akan menemui garis akhir, setelah listing perdana PT Daya Intiguna Yasa Tbk atau gerai ritel MR DIY (MDIY).
Sesuai jadwal, MDIY akan melantai di Bursa pada 19 Desember 2024, sekaligus menandai gelaran IPO terakhir di BEI selama tahun ini.
Dengan demikian, total ada 41 emiten yang tercatat sepanjang 2024. Artinya, angka ini mencapai 66,12 persen dari target IPO 2024 yang mencapai 62 emiten.
Pencapaian ini berlangsung setelah BEI mencatatkan rekor IPO tertinggi tahunan sepanjang sejarah pada 2023 sebanyak 79 emiten baru.
Dari total 41 emiten yang tercatat di BEI, sebagian besar merupakan perusahaan tercatat yang listing di Papan Pengembangan.
Papan Pengembangan adalah papan pencatatan saham di BEI yang diperuntukkan bagi perusahaan yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan pengembangan.
Sementara hanya ada 6 perusahaan yang masuk Papan Utama, seperti PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), PT Ancara Logistik Indonesia Tbk (ALII), dan ada potensi MDIY masuk Papan Utama.
Sayangnya, nilai fundraising di atas Rp1 triliun atau yang sering disebut sebagai Lighthouse IPO hanya terdapat 2 emiten, yakni AADI dan MDIY.
Apa Tanggapan Analis?
Ekonom sekaligus Senior Equity Research Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia, Ezaridho Ibnutama menilai, terdapat sejumlah faktor yang membuat gelaran IPO tak semeriah tahun lalu.
Beberapa hal yang disebut cukup komprehensif, mulai dari faktor makro domestik-global, hingga isu dugaan skandal gratifikasi.
Eza juga menyoroti performa saham pasca-IPO yang dinilai sering kali mengecewakan. Beberapa saham baru yang kini diperdagangkan ke level terendah, atau menjadi perusahaan cangkang tanpa aktivitas bisnis yang berarti.
“Saham-saham yang pas di IPO kemarin sekarang itu beberapa kena FCA atau memang mau menjadikan perusahaan cangkang,” kata Ezaridho kepada IDX Channel, belum lama ini.
Dari sisi likuiditas, jumlah emiten baru yang bertambah justru berpotensi memangkas likuiditas pasar. Dengan fokus investor yang cenderung tertuju pada saham-saham unggulan, seperti IDX30 atau LQ45, saham-saham baru dinilai relatif terabaikan.
(Fiki Ariyanti)