Hambatan pertama yang dihadapi Liem adalah toko mereka yang terbakar habis pada 1916, namun akhirnya Liem merintisnya kembali dengan membeli pabrik rokok dan mulai meracik resep rokok terbaik selama lima tahun setelahnya. Liem berhasil menjual beberapa merk rokok pada masa-masa ini.
Liem menyematkan nama ‘Sampoerna’ pada 1930. Dia juga memindahkan kegiatan produksi ke Jembatan Merah, ia membeli bekas panti asuhan untuk menunjang produksi. Pada masa itu, usaha Liem sudah sangat sukses. Ia memiliki 1.300 karyawan dan memproduksi 3 juta batang rokok tiap minggu.
Namun pada 1942, Jepang datang dan lagi-lagi Liem harus melihat bisnisnya hancur. Liem dipaksa untuk memproduksi rokok untuk dibagikan secara gratis ke tentara jepang. Liem juga sempat dikirim kerja paksa di Jawa Barat, sehingga otomatis Sampoerna terbengkalai.
Liem memulai kembali bisnisnya dari nol sekembalinya ke Surabaya. Pabrik kembali beroperasi, namun menghadapi konflik internal pada penghujung 1950. Kematian Liem enam tahun kemudian juga turut berpengaruh, rupanya manajemen baru dari kedua puteranya tidak mampu mengangkat bisnis Sampoerna.
Sampoerna sempat tutup pada 1959 karena kesulitan keuangan.
Sejarah Saham HMSP, Restrukturasi dan Akuisisi
Salah seorang putera Liem, Aga Sampoerna, mengambil alih PT HM Sampoerna dan melakukan restrukturasi. Aga saat itu sudah memiliki usaha sendiri, yakni PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas.