Aga memindahkan pabrik Sampoerna ke Malang. Produksi kembali normal dan Sampoerna berhasil menjual rokok hingga 2,5 juta batang per hari. Tak lama kemudian, Sampoerna meluncurkan produk keduanya, yakni Sampoerna Hijau.
Aga menunjuk putera bungsunya, Putera Sampoerna, untuk menjadi penerus bisnis rokok keluarga (Sampoerna & Panamas). Dari tangan Putera, Sampoerna banyak melakukan terobosan dan modernisasi.
Putera membangun pabrik baru dengan luas 153 Ha, ia juga membuat kebijakan untuk membeli tembakau langsung dari petani. Putera juga menggunakan metode penyimpanan dan produksi rokok yang berbeda dari kakek buyutnya.
Salah satu terobosan yang membawa Sampoerna kian melambung adalah peluncuran A Mild, rokok bernikotin rendah, yang hingga kini masih sangat laris di pasaran. Sampoerna bahkan berhasil mengekspor ke Malaysia, Myanmar, Vietnam, Filipina, dan Brazil.
Pada 1988, Putera melakukan restrukturasi besar-besaran. PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas mengambil alih PT Handel Maatschappij Sampoerna, lantas mengganti namanya menjadi PT Hanjaya Mandala Sampoerna.