Seperti diketahui, grup properti terbesar kedua di China, Evergrande, mengalami krisis setelah gagal melunasi utang-utangnya. Hal itu menimbulkan gejolak di sejumlah pasar modal dunia yang berimbas pada koreksi besar pada perdagangan bursa di Amerika Serikat, Asia hingga Eropa.
Kondisi ini terjadi setelah Evergrande dilaporkan memiliki utang sebanyak USD300 miliar, atau setara dengan Rp4.270 triliun. Utang tersebut mencapai setidaknya 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pemerintah China yang sedikit-banyak relatif menghasilkan beban keuangan negara. (TYO)