sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Selain Evergrande, Krisis Listrik di China Berdampak Pada Melemahnya Bursa Asia

Market news editor Anggie Ariesta
28/09/2021 14:21 WIB
Bursa saham Asia melemah pada hari ini dipengaruhi krisis utang Evergrande Group dan krisis kekurangan listrik di China.
Bursa saham Asia melemah pada hari ini  dipengaruhi krisis utang Evergrande Group dan krisis kekurangan listrik di China. (Foto: MNC Media)
Bursa saham Asia melemah pada hari ini dipengaruhi krisis utang Evergrande Group dan krisis kekurangan listrik di China. (Foto: MNC Media)

IDXChannel- Bursa saham Asia melemah pada hari ini menyusul investor yang masih resah atas krisis utang China Evergrande Group yang belum terpecahkan dan mengamati dampak potensial dari krisis kekurangan listrik.

Pada awal perdagangan Selasa (28/9), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,13% pada hari Selasa, setelah sesi beragam di Wall Street. Kemudian, indeks acuan S&P 500/ASX 200 Australia turun hampir 1%, sementara Nikkei Jepang turun 0,6%. Disisi lain, indeks blue chip China CSI 300 naik tipis 0,1% pada pembukaan, karena Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,44%.

Masa depan Evergrande, pengembang properti paling berhutang di dunia saat ini, sedang diteliti secara forensik oleh investor. Evergrande memiliki tenggat waktu 30 hari untuk melakukan pembayaran sebelum jatuh ke default dan otoritas Shenzhen sekarang sedang menyelidiki unit manajemen kekayaan perusahaan.

Tanpa mengacu pada Evergrande, People's Bank of China (PBOC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan "menjaga hak-hak sah konsumen perumahan".

Sementara itu, melebarnya kekurangan listrik di China berimbas pada terhentinya produksi di sejumlah pabrik termasuk pemasok ke Apple Inc dan Tesla Inc, diperkirakan akan memukul sektor manufaktur negara itu dan rantai pasokan terkait.

Analis memperingatkan pemadaman listrik yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi saham industri yang terdaftar di negara itu.

"Apa yang kita lihat di China dengan para pengembang dan pemadaman akan menjadi beban negatif di pasar Asia," ujar Tai Hui, kepala strategi pasar Asia JPMorgan Asset Management mengatakan kepada Reuters, dikutip Selasa (28/9/2021).

"Kebanyakan orang mencoba mencari tahu potensi efek penularan dengan Evergrande dan seberapa jauh dan luasnya. Kami terus memantau respons kebijakan dan kami mulai melihat beberapa pergeseran ke arah mendukung pembeli rumah yang kami harapkan," imbuhnya.

Sedangkan bursa saham AS atau Wall Street, Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 144,36 poin atau 0,41%, menjadi 34.942,36, S&P 500 (SPX) kehilangan 4,57 poin atau 0,10%, menjadi 4.450,91 dan Nasdaq Composite (IXIC) turun 68,29 poin atau 0,45% menjadi 14.979,41.

Imbal hasil obligasi yang meningkat mendorong pergeseran dari pertumbuhan ke saham siklus di Amerika Serikat, dalam suatu langkah yang diperkirakan para analis bisa menjadi lebih permanen setelah periode imbal hasil obligasi yang tertekan dalam waktu lama.

Imbal hasil Treasury AS melonjak ke level tertinggi tiga bulan, menyentuh 1,516% semalam setelah langkah Federal Reserve (The Fed) pekan lalu untuk mengindikasikan stimulus fiskal dapat diturunkan pada awal November.

"Investor AS menantikan pidato akhir pekan ini dari beberapa pejabat senior Fed, serta mengawasi setiap perkembangan di China Evergrande," kata broker Ord Minnett dalam sebuah catatan.

Di perdagangan Asia, dolar naik hampir 0,1% sejalan dengan kinerjanya di sesi internasional Senin setelah naik bersamaan dengan imbal hasil obligasi. Semetara Emas datar dan minyak mentah Brent turun 0,2%. (TIA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement