Inflasi yang meninggi, di tengah lonjakan harga energi dan komoditas lainnya, bisa menjadi sentimen negatif untuk pasar saham dan ekonomi RI, apalagi kalau Bank Indonesia (BI) semakin agresif mengerek suku bunga acuan.
BI akan mengumumkan keputusan soal tingkat suku bunga acuan pada 22 September mendatang, di tanggal yang sama dengan rapat FOMC suku bunga The Fed.
Sebelumnya, pada Rapat Dewan Gubernu (RDG) BI pada 22-23 Agustus, Perry Warjiyo dan rekan memutuskan mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75% setelah berbulan-bulan tidak berubah.
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali sampai dengan akhir 2022. Totalnya diprediksi menjadi 100 basis poin (bps).
Bahkan katanya, bukan hanya di tahun ini saja Bank Sentral akan mengerek suku bunga acuannya, tetapi juga hingga tahun depan.
"Ini bukan kenaikan suku bunga yang pertama tahun ini, perlu bersiap suku bunga naik secara persisten hingga tahun depan," ungkap Bhima saat dihubungi IDXChannel, Rabu (24/8/2022).
Berkaitan dengan inflasi yang meninggi, wacana pemerintah untuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi masih terus menjadi kekhawatiran pasar soal efek domino yang akan terjadi. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.