sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Senin Kelabu, IHSG Anjlok 1,83 Persen Dibayangi Sentimen Negatif 

Market news editor Aldo Fernando - Riset
26/09/2022 09:53 WIB
Merosotnya IHSG melanjutkan penurunan pada Jumat pekan lalu (25/9) dan di tengah memerahnya bursa Asia seiring sentimen negatif yang masih membayangi.
Senin Kelabu, IHSG Anjlok 1,83 Persen Dibayangi Sentimen Negatif. (Foto: MNC Media)
Senin Kelabu, IHSG Anjlok 1,83 Persen Dibayangi Sentimen Negatif. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Menyambut pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok di awal perdagangan, Senin (26/9/2022). Merosotnya IHSG melanjutkan penurunan pada Jumat pekan lalu (25/9) dan di tengah memerahnya bursa Asia seiring sentimen negatif yang masih membayangi.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.50 WIB, IHSG turun 1,83 persen ke 7.047. Nilai transaksi pasar pagi ini mencapai Rp4,78 triliun dan volume perdagangan 10,44 miliar saham.

Sebanyak 110 saham naik, 421 saham turun, dan 127saham stagnan.

Saham-saham big cap menjadi sasaran jual investor. Sebut saja, empat raksasa perbankan, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,30%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melorot 0,89%.

Nama lainnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ambles 1,90% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) anjlok 2,50%.

Sebelumnya, pada Jumat,  IHSG ditutup turun 0,56%.

Dengan ini, IHSG melemah 1,87% sepekan, turun 1,00% dalam sebulan. Namun, sejak awal tahun (ytd), IHSG melesat 7,33%.

Dari regional, indeks Nikkei 225 (Tokyo) turun tajam 1,97%, Indeks Strait Times (Singapura) merosot 0,77%, KOSPI (Korea Selatan) turun 2,36%, dan TOPIX (Jepang) tergelincir 1,99%.

Tidak semua bursa Asia melemah. Indeks Hang Seng (Hong Kong) dan Shanghai Composite, misalnya, masing-masing naik 0,36% dan 0,23%.

Dari kawasan Asia, ada beberapa data penting yang akan dirilis pekan ini. Bank sentral India, sebut saja, dijadwalkan akan mengadakan rapat membahas kebijakan moneter dan suku bunga acuan pada pekan ini.

Kemudian, China akan merilis data aktivitas pabrik (PMI manufaktur) pada Jumat (30/9).

Dari eropa, akan ada sejumlah data soal inflasi yang akan dipublikasikan pada minggu ini, misalnya, Jerman, Prancis, Uni Eropa, dan Italia.

Negara-negara tersebut diramal masih akan mengalami kenaikan inflasi per September. Contoh saja, inflasi tahunan Uni Eropa diprediksi akan menembus 9,6% pada September, dari bulan sebelumnya 9,1%.

Minggu lalu, aksi galak bank sentral soal suku bunga menyisakan kewaspadaan di pasar.

Pada Kamis pekan lalu waktu Indonesia (22/9), bank sentral AS (The Fed) resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) atau 0,75 persen, menjadi di kisaran 3,00 persen-3,25 persen. Angka ini merupakan level tertinggi sejak 2008.

Persentase tersebut sekaligus menunjukkan adanya tren lonjakan Fed funds rate ketiga kalinya sebagai langkah agresif dalam menjinakkan inflasi. Sebelumnya, Fed funds rate berada di level 2,25 persen-2,50 persen.

Kebijakan baru ini juga mencatat Fed telah mengerek suku bunga sebesar 300 basis poin atau 3 persen hanya dalam enam bulan terakhir.

Langkah The Fed diikuti pula dengan Bank Indonesia di hari yang sama.

BI memutuskan untuk mengerek suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar basis poin 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen dalam pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2022.

Keputusan kenaikan tersebut di luar ekspektasi ekonom.

Menurut jajak pendapat Reuters selama 13-19 September, 27 dari 30 ekonom mengharapkan BI akan menaikan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 4,00% pada RDG.

Tiga ekonom lainnya memperkirakan kenaikan 50 bps. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement