OECD turut menyoroti meningkatnya ketegangan perdagangan global baru-baru ini dan penurunan harga komoditas diperkirakan membebani permintaan eksternal dan pendapatan ekspor.
Ekonomi Indonesia berisiko tumbuh lebih rendah dari harapan pemerintah karena arus keluar modal yang terus-menerus, didorong ketidakpastian kebijakan global dan domestic.
Hal ini dapat memberikan tekanan baru pada mata uang, yang berpotensi menyebabkan pelebaran defisit transaksi berjalan untuk sementara waktu dan memicu inflasi melalui biaya impor yang lebih tinggi.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.250-Rp16.300 per USD.
(NIA DEVIYANA)