sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sinyal Resesi AS Kian Nyata, Ini Pendapat CEO Manajemen Investasi

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
02/07/2022 03:37 WIB
Para pelaku pasar tidak yakin dengan tekanan yang ada perekonomian AS bakal mampu bertahan dari potensi terjadinya resesi.
Sinyal Resesi AS Kian Nyata, Ini Pendapat CEO Manajemen Investasi (foto: MNC Media)
Sinyal Resesi AS Kian Nyata, Ini Pendapat CEO Manajemen Investasi (foto: MNC Media)

IDXChannel - Gonjang-ganjing lonjakan inflasi di Amerika Serikat membuat sejumlah pelaku pasar ragu terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022. Para pelaku pasar tidak yakin dengan tekanan yang ada perekonomian AS bakal mampu bertahan dari potensi terjadinya resesi.

CEO Ark Invest, sebuah perusahaan manajemen investasi, Cathie Wood, mengatakan AS sudah berada dalam penurunan ekonomi, yang dipicu oleh masalah rantai pasokan dan risiko krisis geopolitik yang terjadi.

"Kami pikir saat ini (AS) sudah berada dalam resesi," ujar Wood, dalam wawancaranya di program CNBC's 'Squawk Box', Jumat (1/7/2022).

Menurut Wood, yang juga merupakan seorang investor, inflasi yang terjadi di AS saat ini memang lebih tajam dari yang ia duga sebelumnya. Data menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHSG) AS pada bulan Mei 2022 naik 8,6 persen, tertinggi sejak Desember 1981.

Resesi merupakan perlambatan aktivitas ekonomi suatu negara yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai produk domestik bruto (PDB)/GDP selama dua kuartal lebih dalam setahun.

Pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam pada kuartal I-2022 mengalami kontraksi alias minus 1,6 persen. Capaian itu berbanding terbalik dari kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,9 persen.

Hal tersebut disebabkan adanya defisit perdagangan di tengah gangguan rantai pasokan yang didorong oleh agresi Rusia ke Ukraina.

Bureau of Economic Analysis (BEA), memperkirakan PDB AS pada kuartal II-2022 yang akan dirilis pada 28 Juli mendatang, dapat menunjukkan gambaran berbeda karena lonjakan harga mulai membebani konsumen AS.

"Ekonomi AS perlahan melemah karena konsumen mulai mengurangi pembelian," ujar Kepala Ekonom FWDBONDS, Christopher Rupkey.

Bank sentral AS/Federal Reserve terus berupaya menahan gejolak inflasi dengan menaikkan suku bunga secara agresif. Analis menilai strategi Fed dapat semakin menenggelamkan ekonomi AS dalam jurang perlambatan ekonomi.

“Inflasi saat ini tidak terkendali. Sinyal suku bunga dari Federal demi mengendalikan inflasi, akan menenggelamkan ekonomi ke dalam pertumbuhan yang lambat, ataupun stagflasi. Saya pikir Fed akan mulai pemotongan suku bunga lagi di akhir tahun ini,” ujar Yoshikami, kepada CNBC, Kamis (30/6). (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement