IDXChannel - Tingkat suku bunga acuan dari Bank Indonesia yang kembali naik diprediksi tidak akan mempengaruhi penjualan dari perusahaan kendaraan bermotor dalam jangka pendek.
Sejumlah pihak melihat pasar otomotif masih terus bergeliat usai dihantam pandemi Covid-19. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa analis yang menilai, dampak kenaikan suku bunga tersebut tidak begitu berpengaruh untuk saham-saham sektor otomotif selama diiringi selama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif.
Di lain sisi, adanya perpanjangan insentif uang muka untuk kredit kendaraan bermotor hingga akhir 2023 kembali memberikan angin segar untuk sektor tersebut.
Faktor lain adalah prospek kinerja beberapa emiten yang bergelut di bisnis komponen otomotif menjajaki ekspansi ekosistem kendaraan listrik yang diharapkan bisa memoles kinerja usaha dan pergerakan sahamnya hingga jangka panjang.
Sayangnya, Analis Samuel Sekuritas Pebe Presia melihat untuk jangka pendek, kontribusi bisnis komponen ke kinerja bisnis emiten otomotif pada bisnis utamanya masih mini.
"Efek ke emiten kami lihat akan signifikan di jangka panjang," ujarnya, Selasa (24/1/2023).
Pebe memandang ada sejumlah segmen produk yang potensial selain memasok komponen kendaraan listrik. Terutama pada komponen Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) alias charging station.
Sebagai informasi, emiten komponen otomotif yang gencar menggeber ekspansi ke kendaraan listrik di antaranya ada PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA).
Sementara Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim melihat, jika melihat penjualan mobil pada September 2022 yang kembali ke level 96.956 unit, hal ini memberikan sinyal positif bahwa adanya kebijakan insentif tersebut turut mendorong penjualan di tengah tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga. Secara umum, Lukman memandang saham-saham sektor otomotif masih memiliki prospek yang cukup baik.
"Kenaikan suku bunga akan tetap berdampak negatif, namun tidak berdampak terlalu besar jika diiringi ekonomi Indonesia yang masih tumbuh," kata dia.
Sebelumnya, Marketing Division Head PT Toyota Astra Motor Lina Agustina mengatakan, dampak suku bunga secara jangka pendek memang belum ada. Menurutnya, kebutuhan mobil oleh masyarakat masih cukup tinggi.
"Tapi kita sama-sama tahu suku bunga dan juga harga bensin itu pasti satu titik kalo bisa mungkin mempengaruhi ekonomi atau makro ekonomi," kata Lina.
Sehingga untuk emiten otomotif seperti Astra International (ASII) suku bunga akan berdampak jangka panjang. Pihak PT Toyota Astra Motor juga belum bisa memastikan berapa persen dampaknya.
Sepanjang tahun 2022 lalu, kinerja sejumlah emiten otomotif terbilang menggembirakan. Pendapatan bersih Astra International (ASII), contohnya, tumbuh 32,22% menjadi Rp 221,35 triliun pada periode Januari-September 2022. Laba bersih ASII bahkan meningkat hingga 55,84% dengan menyentuh Rp23,3 triliun.
Kinerja positif juga ditorehkan oleh PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS). Emiten otomotif grup Salim tersebut membukukan pendapatan senilai Rp11,79 triliun. Angka ini meningkat 23,84% dari periode yang sama tahun lalu, yakni Rp9,52 triliun. Laba bersih perseroan juga melonjak hingga 484% menjadi Rp172,09 miliar.
Untuk kinerja saham sendiri, saham ASII terpantau terus koreksi sejak awal tahun 2023. Hingga penutupan sesi I Selasa (24/1), saham ASII ditutup melemah 0,42% di level 5.875. Sedangkan saham IMAS ditutup menguat 0,60% di level 845.