IDXChannel - Harga minyak mentah dunia menunjukkan tren penurunan didorong oleh sejumlah faktor, di antaranya kekhawatiran pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed serta harga konsumen pekan depan.
Sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (14/9/2022), harga minyak mentah Brent turun 17 sen (0,2 persen) menjadi USD93 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS juga turun 11 sen (0,1 persen) menjadi USD87,2 per barel.
Data inflasi AS bulan Agustus 2022 di posisi 8,3 persen berada di luar ekspektasi pasar, lantaran terhitung naik secara tahunan (year on year/yoy) dibanding inflasi Agustus 2021 yang masih 8,2 persen.
Dengan tren harga minyak dalam beberapa waktu terakhir yang telah melandai, ekspektasi pelaku pasar inflasi AS harusnya ikut turun, setidaknya 0,1 persen, menjadi 8,1 persen. Kondisi ini memupuskan harapan bahwa ke depan The Fed dapat melonggarkan kebijakan suku bunga agresif yang diterapkan selama ini.
Justru, The Fed diekspektasikan bakal kembali menaikkan bunga, sampai kondisi inflasi ditargetkan kembali pada posisi normal, di level dua persen. Pekan depan, The Fed dijadwalkan kembali bertemu untuk membahas kebijakan yang bakal diambil selanjutnya.
"Dolar AS yang kuat dan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga besar lainnya oleh The Fed membebani sentimen," kata Analis di CMC Markets, Tina Teng, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (14/9/2022).
Faktor lain yang juga menekan harga minyak adalah situasi terkini di China, di mana pemerintah negara tersebut masih disibukkan dengan pandemi COVID-19 yang masih melanda, hingga mencetuskan kebijakan pembatasan aktivitas warga secara ekstrem untuk mengejar target zero COVId-19.
Praktis, kebijakan itu membuat permintaan bahan bakar merosot tajam, padahal selama ini China tercatat sebagai importir minyak terbesar di dunia.
"Kebijakan zero-COVID China tetap utuh dan itu akan membuat rebound yang muncul selama beberapa minggu mendatang dibatasi," ujar Analis Pasar Senior di OANDA, Edward Moya, dalam laporan tersebut.
Menurutnya, bila prospek permintaan minyak di AS kian melemah, maka tren penurunan akan terus berlanjut sejak awal musim panas.
Di sisi lain, stok minyak mentah AS terkahir mengalami kenaikan sebesar 6 juta barel pada 9 September. Pemerintah AS juga menantikan data invetaris yang akan dirilis pada hari Rabu.
Sebelumnya, Organisasi OPEC pada hari Selasa (13/9/2022) telah memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak dalam rentang tahun 2022 dan 2023. Permintaan minyak diperkirakan akan naik sebesar 3,1 juta barel per hari pada tahun 2022, sedangkan tahun 2023 akan naik 2,7 juta per barel. (TSA)
Penulis: Ribka Christiana