Susul Wall Street, Bursa Asia Hari Ini Bersinar Cerah

IDXChannel - Indeks MSCI termasuk Jepang tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,5 persen pada perdagangan di kawasan Asia hari ini, Jumat (5/8/2022). Hal ini sekaligus melanjutkan tren kenaikan yang terjadi di Wall Street pada indeks Nasdaq Composite.
Pantauan dari money.cnn.com sampai dengan pukul 11.45 Wib, Indeks Australia (ASX) naik sebesar 33,30 atau 0,46% ke level 7.240,80, kemudian Shanghai Composite Index China bertambah 9,07 atau 0.28% ke 3,198.11.
Kemudian indeks Hang Seng Hong Kong meningkat 18,32 poin atau 0,09 di level 20.192,36. Mumbai Sensex India naik 228,40 poin atau 0,39% di 58.527,20, selanjutnya Nikkei 225 Jepang meraih tambahan 232,32 poin atau 0,83% ke 28.164,52
Sedangkan bursa Taiwan melalui TSEC 50 Index tetap mengalami kenaikan meski sedang mengalami ketegangan dengan China, di mana indeks naik sebesar 304,23 atau 2,07%. Sementara IHSG juga bergerak di zona hijau dengan kenaikan 13,22 poin atau 0,19%.
Sementara itu S&P 500, Nasdaq 100, dan Eropa membuat langkah kenaikan moderat setelah S&P 500 mengalami sedikit perubahan.
Hasil pencatatan juga menunjukkan saham Treasury yang stabil, dengan hasil 10 tahun sebesar 1,68%. Pengembalian antara imbal hasil dua tahun dan 10 tahun berada di titik terendah sejak tahun 2000. Menunjukkan ancaman resesi di tengah kebijakan moneter.
Pada Jumat ini laporan ketenagakerjaan AS di Juli telah datang, ini merupakan titik data penting berikutnya.
Dimana data tersebut mengindikasikan kemungkinan perekrutan tenaga kerja pada Juli yang melunak. Lewat data tersebut memberikan keterangan pula terkait warga negara AS yang membutuhkan tunjungan pengangguran.
Meski begitu sektor ketenagakerjaan AS berupaya konsisten dengan perkembangan ekonomi ketimbang pada resiko resesi.
Di sisi lain, Bank of England telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga menjadi 1,75%, merupakan kenaikan terbesar dalam 27 tahun terakhir, sebagai upaya menjinakan inflasi yang tak terkendali.
Kondisi ekonomi yang masih mengalami volatilitas, dengan tekanan inflasi dan ancaman resesi nampak memberi konsekuensi pada kebijakan yang lebih ketat.
Berdampak pula pada aset seperti minyak yang masih bergerak statis, yakni tetap di bawah USD90 pada level terakhir, sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Meski begitu, Presiden Federal Reserve Bank Cleveland, Loretta Mester menegaskan tekad Bank Sentral AS untuk memdamkan tekanan harga seperti yang dikutip melalui Bloomberg, Jumat (5/8/2022) . Kenaikan suku bungan masih terus dilakukan demi menekan inflasi.
"Agak terlalu dini untuk mengatakan bahwa risikonya tidak masuk akal," kata Carol Schleif, wakil kepala investasi di BMO Family Office, melalui Bloomberg edisi Jumat (5/8/2022).
"Perlambatan signifikan" mulai terjadi di beberapa bagian ekonomi AS, tambahnya.
Sementara itu, para investor juga masih mengkhawatirkan ketegangan pasca kunjungan Ketua DPR, Nancy Pelosi ke Taiwan. Terutama dalam pelatihan militer China yang telah meluncurkan rudal ke Taiwan pada Kamis (4/8/2022) sebagai pembalasan. (TYO/RIBKA)