"Material GFRP bukan berasal dari besi dan baja sehingga tidak butuh energi fosil sebagai alat pembakaran/peleburan. Material GFRP dihasilkan dari Senyawa Concentrate GFRP dengan resin, atau biasa disebut perekat," ujar Agus.
Menara berbahan baku GFRP ini, dikatakan Agus, memiliki bobot 60 persen lebih ringan dibanding bobot menara dari besi baja. Hal tersebut berdampak terhadap kebutuhan konsumsi BBM dan penggunaan energi listrik pada saat operasional pembangunan menara.
"Biaya perawatannya juga rendah dan dapat diperbaiki dengan mudah karena tidak ada sambungan permanen, jadi selain lebih ramah lingkungan, secara biaya juga lebih murah," ujar Agus.
Mitratel sendiri telah menguji kualitas menara berbahan GFRP sejak Juli 2023 lalu. Yayasan Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri-Institut Teknologi Bandung (Yayasan LAPI ITB) dalam laporan risetnya pada 4 Maret 2024 menyatakan bahwa menara GFRP telah memenuhi syarat material.
Dengan menerapkan GFRP di satu menara rooftop, Mitratel dapat mengurangi penggunaan baja sebesar 1.748 kg, atau setara dengan pengurangan karbon sebesar 3,2338 ton CO2.