sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

‘Tembok Pelindung’ Mitratel (MTEL) dari Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar Dolar AS

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
19/12/2022 11:40 WIB
Kenaikan nilai tukar dolar akan menambah beban bagi perusahaan atawa emiten dengan eksposur utang dolar yang besar.
‘Tembok Pelindung’ Mitratel (MTEL) dari Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar Dolar AS. (Foto: Mitratel)
‘Tembok Pelindung’ Mitratel (MTEL) dari Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar Dolar AS. (Foto: Mitratel)

Menilik Pesaing Terdekat

Berbeda dengan MTEL, dua pesaing utama di sektor menara telekomunikasi,  PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang terafiliasi Grup Saratoga dan emiten milik Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) memiliki eksposur utang mata uang asing.

Tower Bersama, misalnya, memiliki dua fasilitas pinjaman sindikasi berdenominasi dolar AS dengan total sebesar USD650 juta.  Saldo kedua fasilitas tersebut per 30 September sebesar USD166,3 juta atau setara dengan Rp2,53 triliun.

Angka tersebut merupakan mayoritas dari total pinjaman jangka panjang TBIG yang sebesar Rp2,61 triliun.

Pihak TBIG sendiri mengakui sejumlah pinjaman perseroan diperkirakan akan terus didominasi oleh mata uang dolar AS.

“Perubahan nilai tukar telah, dan diperkirakan akan terus, memberikan pengaruh terhadap hasil usaha dan arus kas Perusahaan dan entitas anak. Beberapa pinjaman dan belanja modal Perusahaan adalah, dan diperkirakan akan terus, didenominasi dengan mata uang US Dolar. Sebagian besar pendapatan Perusahaan dan entitas anak adalah dalam mata uang Rupiah,” dikutip dari catatan atas laporan keuangan per kuartal III 2022 TBIG.

Sementara, rasio pinjaman (utang) bersih terhadap EBITDA TBIG sebesar 4,6 kali.

“Per akhir kuartal ketiga, 90% dari utang kami adalah obligasi berbunga tetap dalam mata uang lokal dan asing, Kami juga memiliki lindung nilai tambahan untuk suku bunga untuk melindungi pinjaman dengan suku bunga mengambang yang tersisa,” jelas CFO TBIG Helmy Yusman Santoso, dalam pers rilis.

Helmy melanjutkan, “Kami telah melihat biaya pembiayaan menyeluruh kami terus menurun menjadi 6,2% dari 7,0% pada akhir tahun 2021. Karena kami tidak memiliki amortisasi utang yang material selama 24 bulan ke depan, kami berharap untuk tetap relatif terlindungi dari situasi kenaikan suku bunga.”

Kemudian, TOWR, memiliki total utang bank, baik jangka pendek maupun jangka panjang, mencapai Rp34,77 triliun per 30 September 2022.

Sebanyak 13 bank menjadi pemberi fasilitas pinjaman untuk TOWR, termasuk bank milik Grup Djarum, Bank Central Asia Tbk (BBCA). Dari jumlah tersebut, ada 4 bank yang memberikan fasilitas pinjaman dalam bentuk dolar AS.

Bank BTPN Tbk (BTPN), anggota SMBC Group asal Jepang, misalnya, memberikan fasilitas senilai USD100 juta (sekitar Rp1,57 triliun dengan asumsi Rp15.700/USD per 28 November 2022) dan dalam mata uang rupiah senilai Rp1,96 triliun kepada TOWR.

Dus, seperti TBIG, TOWR juga mengakui perseroan memiliki risiko mata uang asing.

“Risiko mata uang asing adalah risiko nilai wajar arus kas di masa depan yang berfluktuasi karena perubahan kurs pertukaran mata uang asing. Perseroan dan entitas anak terpengaruh risiko perubahan mata uang asing terutama berkaitan dengan utang bank dan utang obligasi masing-masing dalam mata uang Dolar AS, Yen Jepang dan Dolar Singapura,” demikian dikutip dari catatan atas laporan keuangan  (LK) TOWR per 30 September 2022.

Adapun, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA TOWR trailing 12 bulan per 30 September 2022 sebesar 5,0 kali.

Kendati memiliki eksposur ke utang asing, manajemen TOWR menyatakan menggunakan mata uang sebagai lindung atas eksposurnya terhadap eksposur mata uang asing.

“Perseroan dan entitas anaknya menggunakan kontrak mata uang sebagai lindung nilai atas eksposurnya terhadap risiko mata uang asing dalam prakiraan transaksi dan komitmen pasti. Bagian yang tidak efektif sehubungan dengan kontrak mata uang asing diakui sebagai beban lain-lain dan bagian yang tidak efektif yang diakui pada laba rugi,” jelas TOWR dalam materi presentasi hasil kinerja kuartal III 2022.

Singkatnya, dibandingkan para kompetitor, MTEL memiliki posisi yang lebih baik soal eksposur utang di tengah tren penguatan dolar AS akhir-akhir ini. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement