Ariston lebih jauh menjelaskan, jarak dari tingkat suku bunga acuan The Fed dengan Bank Indonesia (BI) juga semakin tipis, semakin lama akan semakin mendekat. Sehingga ini mendorong Rupiah makin tereperosok atas dolar AS.
"Ini menyebabkan Rupiah menjadi melemah terhadap dolar karena investor atau pelaku pasar lebih condong masuk ke aset-aset dolar dibanding aset-aset Rupiah," ucapnya.
Diakui Ariston, Indonesia masih akan terus bergantung dengan dolar AS. Sebab, dolar AS masih dipakai untuk perdagangan internasional.
"Dolar Amerika masih dipandang sebagai aset safe haven, kemudian nilai tukar dolar itu digunakan untuk perdagangan internasional ekspor impor, jadi mau tidak mau kita sangat tergantung terhadap pergerakan dolar Amerika Serikat," pungkasnya.
(FAY)