"Secara return ini sekitar 5% ya untuk kompositnya, namun memang kalau dilihat, terjadi penurunan return kalau dilihat secara year-to-date (ytd) untuk paruh pertama di 2023, dimana return Indonesia Composite Bond Index masih mencatatkan positive return 6,5%," ujar Roby dalam IDX Channel Market Review di Jakarta, Senin (9/10/2023).
Untuk saat ini, posisi return-nya berada di 5%. Tapi, jika dilihat secara pergerakan harga yang tercermin dari Indeks clean price, obligasi secara komposit per 3 kuartal ini hanya meningkat 0,6%. Sedangkan di semester I, clean price naik 2,88%.
"Ini mencerminkan bahwa pasar obligasi sejak Juni hingga kuartal III saat ini mengalami peningkatan volatilitas. Jadi secara clean price itu tipis ya, walaupun secara return masih bisa mencatatkan return karena masih ada pengaruh dari kupon return di obligasi, kalau secara harga, memang tercatat tipis karena peningkatan volatilitasnya," jelas Roby.
Pemerintah, sebut dia, tergolong aktif di paruh pertama 2023 terlihat dari kebijakan penerbitan SBN yang front-loading yang juga sudah diterapkan selama beberapa tahun. Karena pemerintah juga ada target untuk penurunan defisit fiskal ke 3%, atau bahkan di bawah 3%, sehingga di sisa tahun 2023 ini, Roby memprediksi bahwa pemerintah tidak akan seagresif di paruh pertama 2023 untuk penerbitan SBN.
"Ini di samping volatilitas dan uncertainty (ketidakpastian) yang meningkat, jadi untuk mitigasi risiko dari sisi pemerintah, pemerintah bahkan memangkas target nett issuance dari SBN kira-kira setengahnya, di awal tahun pemerintah targetnya menerbitkan sekitar Rp700 triliun, tapi sekarang sudah turun menjadi Rp300 triliun untuk menjaga defisit fiskal," papar Roby.