IDXChannel - Kenaikan suku bunga The Fed yang agresif di 2022 menjadi salah satu ancaman bagi pasar obligasi. Apalagi, jika bank sentral AS itu masih melakukan tindakan hawkish.
"Jika kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang kian agresif ini mengakibatkan resesi di AS, investor perlu mengantisipasi gejolak pasar, baik di pasar obligasi maupun rupiah," ujar Direktur PT BNP Paribas AM Djumala Sutedja melalui keterangan tertulis, Minggu (25/12/2022).
Meski demikian, Djumala menilai reaksi pasar obligasi Indonesia masih lebih 'mild' dibandingkan dengan siklus sebelumnya berkat dukungan kondisi eksternal yang relatif lebih baik.
"Kalau kita bandingkan kinerja pasar obligasi dengan siklus sebelumnya seperti tahun 2018, ketika suku bunga global juga sedang naik, depresiasi nilai tukar rupiah mencapai lebih dari 10%, sementara yield obligasi Indonesia pada saat itu mencapai hampir 9%," terang dia.