"Kami tidak tahu apa dampaknya terhadap perekonomian, khususnya, apakah dan sejauh mana kebijakan tersebut akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan, variabel, lapangan kerja maksimum, dan stabilitas harga," ujar kepala The Fed tersebut.
Meski hasil dari pemerintahan Trump kedua tidak diharapkan akan memengaruhi lintasan penurunan suku bunga tahun ini, langkah-langkah kebijakan potensial presiden terpilih, termasuk tarif yang lebih tinggi, pemotongan pajak, dan undang-undang imigrasi yang lebih ketat, diharapkan akan mendorong The Fed untuk memperlambat laju penurunan suku bunga di tengah ketidakpastian kebijakan dan inflasi yang lebih tinggi.
"Dampak inflasi yang dihasilkan [dari masa jabatan presiden Trump kedua] kemungkinan akan berarti Fed membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembalikan kebijakan ke suku bunga netralnya, dengan ketidakpastian kebijakan yang lebih besar menyebabkan Fed melakukan normalisasi dengan lebih hati-hati," tulis Oxford Economics, dalam catatan baru-baru ini.
Pasar sekarang memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan akan mengakhiri penurunan suku bunga setelah memberikan dua penurunan suku bunga 25 bps lagi pada paruh pertama tahun 2025, sehingga suku bunga menjadi Kisaran 3,75-4 persen.
Sebelum hasil pemilu, pasar memperkirakan penurunan suku bunga sekitar 190 basis poin pada akhir tahun depan.