Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari India dan Asia Tenggara di tengah pasokan global yang ketat. Produksi baja India diperkirakan melonjak dari 143 juta ton pada 2024 menjadi lebih dari 180 juta ton pada 2027, mendorong impor batu bara metalurgi naik 10–12 persen per tahun.
Di sisi lain, lemahnya sektor konstruksi di China sempat menekan harga baja tulangan, namun ekspor baja negeri itu justru naik 10 persen secara bulanan pada September menjadi 10,47 juta ton, menopang permintaan batu bara.
Dari sisi pasokan, Australia—pemasok utama lebih dari 50 persen batu bara metalurgi dunia—masih menghadapi penutupan tambang dan gangguan cuaca, sementara ekspor Rusia terbatas oleh sanksi dan hambatan logistik.
Ajaib Sekuritas menilai ketatnya pasokan dan kuatnya produksi baja Asia akan menjaga harga batu bara di atas rata-rata pra-pandemi sebesar USD150 per ton hingga beberapa tahun ke depan.
Untuk ADMR, kinerja semester pertama 2025 masih solid secara operasional. Produksi batu bara naik 16 persen menjadi 3,47 juta ton, sementara penjualan tumbuh 11 persen menjadi 2,88 juta ton.