IDXChannel - Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berhasil menguat sebesar 1,9 persen menuju level Rp1.340 per saham, pada penutupan perdagangan Selasa (24/1/2023) kemarin.
Catatan tersebut sekaligus menggenapi tren penguatan yang telah ditorehkan oleh emiten perbankan spesialis pembiayaan perumahan itu dalam enam hari beruntun, terhitung sejak 16 Januari 2023 lalu.
Pada periode perdagangan pekan lalu, saham BBTN diketahui menguat hingga 6,05 persen. Tren positif tersebut sejalan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang dalam periode yang sama juga menguat signifikan sebesar 3,51 persen.
Laju positif saham BBTN tersebut tentu tak bisa dilepaskan dari telah rampungnya pelaksanaan aksi korporasi perusahaan, berupa penerbitan saham baru melalui skema rights issue.
Dari aksi korporasi ini, BBTN sukses mengantongi dana segar hingga Rp4,13 triliun, yang rencananya bakal digunakan untuk menopang ekspansi pembiayaan baru.
Berkat suntikan dana tersebut, menurut sejumlah analis, BBTN memiliki fundamental yang lebih kuat dan lebih tahan banting di saat Bank Indonesia baru saja menaikkan suku bunga acuannya (BI7DDR) 25 basis poin menjadi 5,75 persen.
"Setelah bunga acuan naik, bank menghadapi tantangan cost of fund. Deposan cenderung mencari bank yang berani menawarkan bunga simpanan lebih tinggi. Bank yang memiliki likuiditas mencukupi dan porsi CASA yang melimpah akan terhindar dari situasi ini,” ujar Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah.
Pada paparan sebelumnya, manajemen BBTN menjelaskan dana hasil rights issue akan meningkatkan kapasitas pembiayaan perusahaan, terutama untuk segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, bahkan menyebut BBTN bakal mampu melipatgandakan pembiayaan paska mendapatkan suntikan modal baru,
"Jadi, ketika bank lain dihadapkan pada pilihan menaikkan bunga simpanan untuk memupuk likuiditas, BBTN justru sibuk memikirkan ekspansi. Dengan kecukupan likuiditas dan biaya dana yang semakin membaik, BBTN bakal lebih kompetitif. Termasuk bersaing di segmen rumah kelas menengah atas," ujar Analis MNC Sekuritas, Tirta Citradi, dalam kesempatan terpisah.
Apalagi jika BBTN berhasil menuntaskan rencana penjualan aset berupa high rise building (apartemen) dan mall dengan total outstanding kurang lebih Rp 1 triliun. Rencana ini akan menurunkan non-performing loan (NPL) dan loan at risk (LAR) secara bersamaan, tetapi masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Tirta menjelaskan, selain NPL yang membaik, struktur biaya dana juga menjadi salah satu daya tarik BBTN di mata investor. Cost of fund yang terus turun mampu meningkatkan profitabilitas perseroan.
BBTN meraih laba bersih Rp2,28 triliun pada periode Januari-September 2022, meningkat 50,11 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Peningkatan laba disumbang pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang menembus Rp11,54 triliun, melesat 31,84 persen secara year on year (YOY).
Faktor utama dari peningkatan NII adalah penurunan beban bunga sebesar 24,29 persen dari Rp9,81 triliun pada akhir September 2021 menjadi Rp7,43 triliun pada akhir September 2022.
Artinya, cost of fund hanya sebesar 2,36 persen per akhir September 2022, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,28 persen. Menariknya, penurunan biaya dana justru terjadi ketika penghimpunan DPK terus meningkat dan suku bunga acuan sudah terkerek naik.
Hal ini menunjukkan BBTN memiliki likuiditas yang sangat kuat sehingga tidak terjebak praktik bunga deposito tinggi untuk meraup dana dari masyarakat. Likuiditas BBTN tercermin pada loan to deposits ratio (LDR) sebesar 92,6 persen pada akhir kuartal III-2022.
DPK naik 7,41 persen menjadi Rp312,85 triliun. Bila dibedah lagi, peningkatan DPK banyak terjadi pada produk giro yang melesat 33,57 persen menjadi Rp97,88 triliun. Sementara itu tabungan turun tipis 4,14 persen menjadi Rp45,71 triliun dan deposito turun 0,61 persen menjadi Rp169,26 triliun.
Hal ini otomatis memperbaiki struktur dana karena porsi current account saving account (CASA) terhadap DPK naik menjadi 45,9 persen, atau posisi tertinggi sejak 2018.
Bermodalkan CASA yang meningkat, BTN percaya diri untuk mengurangi wholesale funading, atau pendanaan di luar DPK. Tercatat wholesale funding turun dari Rp41,59 triliun menjadi Rp40,11 triliun.
Sebagai catatan, sebanyak 26 analis memberikan rating pada saham BBTN, dengan 17 diantaranya memberikan rekomendasi buy dan 8 memberikan rekomendasi hold, dan 1 memberikan rekomendasi sell. Rata-rata analis memasang target harga BBTN pada level 2.091 dengan estimasi tertinggi di level 2.700 dan estimasi terendah di 1.310. (TSA)