Artinya, cost of fund hanya sebesar 2,36 persen per akhir September 2022, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,28 persen. Menariknya, penurunan biaya dana justru terjadi ketika penghimpunan DPK terus meningkat dan suku bunga acuan sudah terkerek naik.
Hal ini menunjukkan BBTN memiliki likuiditas yang sangat kuat sehingga tidak terjebak praktik bunga deposito tinggi untuk meraup dana dari masyarakat. Likuiditas BBTN tercermin pada loan to deposits ratio (LDR) sebesar 92,6 persen pada akhir kuartal III-2022.
DPK naik 7,41 persen menjadi Rp312,85 triliun. Bila dibedah lagi, peningkatan DPK banyak terjadi pada produk giro yang melesat 33,57 persen menjadi Rp97,88 triliun. Sementara itu tabungan turun tipis 4,14 persen menjadi Rp45,71 triliun dan deposito turun 0,61 persen menjadi Rp169,26 triliun.
Hal ini otomatis memperbaiki struktur dana karena porsi current account saving account (CASA) terhadap DPK naik menjadi 45,9 persen, atau posisi tertinggi sejak 2018.
Bermodalkan CASA yang meningkat, BTN percaya diri untuk mengurangi wholesale funading, atau pendanaan di luar DPK. Tercatat wholesale funding turun dari Rp41,59 triliun menjadi Rp40,11 triliun.