Kondisi itu turut menyebabkan fluktuasi yang signifikan terhadap harga komoditas logam dasar (nikel) dan biaya energi (bahan bakar minyak dan batubara) serta mempengaruhi tingkat penyerapan produk nikel di pasar domestik dan internasional.
"Di tengah kondisi seperti ini Antam berfokus untuk mengimplementasikan kebijakan strategis dalam pengelolaan biaya yang tepat dan efisien, dengan tetap menjaga kestabilan tingkat produksi dan upaya perluasan basis pasar penjualan produk logam dasar maupun logam mulia sejalan dengan kondisi pemulihan perekonomian global serta outlook positif komoditas logam dasar dan logam pada tahun 2022," kata Faisal dalam keterangan persnya.
Sepanjang periode 1/2022, Antam juga membukukan laba usaha sebesar Rp1,46 triliun dan total penghasilan lain-lain, bersih sebesar Rp748,62 miliar. Laba bersih periode berjalan Antam pada 1/2022 mencapai Rp1,53 triliun, tumbuh 32% YoY dari laba periode berjalan pada 1/2021 sebesar Rp1,16 triliun.