Dia menilai strategi bisnis unicorn dengan melakukan metode 'bakar uang' saat ini perlahan ditinggalkan. Pasalnya, banyak perusahaan rintisan baru yang justru berlomba agar bisa meraup profit.
"Karena kalau diamati, sekarang itu para investor sudah mulai fokus ke masalah cashflow," papar dia.
Saat ini Indonesia memiliki delapan Unicorn yang bervaluasi di atas USD 1 miliar dan menduduki posisi kedua sebagai negara dengan unicorn terbanyak di ASEAN. Dimana, empat diantaranya baru muncul di tahun 2021, yakni J&T Express, Onlinepajak, Xendit, dan Ajaib.
Selain itu, langkah merger yang terjadi antara Gojek dan Tokopedia (GoTo), merupakan langkah strategis yang akan berdampak pada penguatan ekosistem digital. Hal itu seiring dengan IPO Bukalapak, yang disebut-sebut sebagai penggalangan dana terbesar dalam sejarah bursa dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai sebesar Rp21,9 triliun.
Sehingga, ke depannya IPO dinilai akan menjadi alternatif diversifikasi dan penggalangan modal start up. Apalagi, OJK juga telah mengeluarkan aturan terkait kebijakan multiple voting share (MVS), yang akan berdampak positif sebagai upaya mengakomodir start up unicorn untuk bisa melakukan IPO di lantai bursa. (TIA)