Meski demikian, perseroan terus berupaya untuk meningkatkan produksi nikel ke depannya, sehingga pendapatan akan didominasi oleh segmen pertambangan nikel. Perseroan pun optimistis hal itu akan tercapai karena industri pertambangan nikel masih memiliki prospek yang cerah jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Menurut Jaya, komoditas nikel tidak terdampak signifikan oleh adanya volatilitas harga komoditas.
“Selain itu, nikel sangat unik karena kita gak ekspor, jualnya ke smelter, smelternya juga tetangga. Jadi biaya produksinya sangat rendah, makanya permintaan nikel ore akan tetap tinggi,” ujar Jaya.
Sebagai informasi, saat ini perseroan tengah menggarap delapan proyek pertambangan antara lain, Site Sebuku Tanjung Coal (STC) di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Kemudian, Bendungan Lolak, di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dan Weda Bay Nickel di Halmahera, Maluku Utara.
(SAN)