IDXChannel - Vietnam mendorong prospek pasar sahamnya melalui serangkaian reformasi, termasuk memperbolehkan kepemilikan asing yang lebih tinggi dan mempercepat penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO).
Langkah ini membuat pasar saham Vietnam lebih efisien dan semakin dekat untuk naik kelas menjadi pasar berkembang.
Dekret yang berlaku mulai Kamis, 11 September lalu itu menghapus opsi bagi perusahaan publik untuk secara sepihak menetapkan batas kepemilikan asing lebih rendah dari ambang batas yang diizinkan oleh hukum dan komitmen internasional.
Batas bawah yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dipertahankan atau dinaikkan, tetapi tidak dapat diturunkan.
"(Amandemen ini) memastikan kepatuhan terhadap keterbukaan pasar maksimum yang diizinkan oleh hukum investasi dan mengurangi risiko bagi investor asing jika terjadi perkembangan baru yang berdampak pada perusahaan," kata Kementerian Keuangan Vietnam dalam dokumen penjelasan atas dekret baru tersebut, dilansir dari Business Times, Minggu (14/9/2025).
Sebelumnya, Vietnam menerapkan batas kepemilikan asing yang berbeda-beda tergantung sektor dan jenis perusahaan. Untuk sebagian besar sektor yang dibatasi, asing maksimal bisa memiliki 50 persen saham, sementara sektor strategis seperti perbankan dan maskapai penerbangan dibatasi lebih ketat.
Pada Maret lalu, pemerintah Vietnam mengizinkan bank swasta yang mengambil alih lembaga keuangan bermasalah untuk menaikkan batas kepemilikan asing dari 30 persen menjadi 49 persen.
Kepala riset dan pengembangan di Yuanta Securities Vietnam, Nguyen The Minh, mencatat sekitar 35 persen dari sekitar 1.600 saham di tiga bursa Vietnam memiliki tingkat kepemilikan asing di bawah batas yang diizinkan.
"Kenaikan ruang kepemilikan asing yang tersedia bisa cukup besar, namun pertanyaannya tetap apakah investor asing akan tertarik jika pasar kekurangan penawaran berkualitas," kata dia.
Dekret yang baru dikeluarkan ini diperkirakan mampu mengatasi sebagian masalah tersebut dengan menyederhanakan proses IPO dan memangkas waktu pencatatan dari 90 hari menjadi 30 hari, sehingga perdagangan saham dapat dimulai lebih cepat.
"Aturan ini membantu perusahaan yang sebelumnya terhambat karena proses pencatatan terlalu lama, sehingga sering kehilangan momentum saat pasar sedang bagus," kata Minh.
Prospek peningkatan status yang lebih kuat
Vietnam sedang berupaya meningkatkan status pasar sahamnya – yang merupakan yang terkecil di antara ekonomi besar Asia Tenggara, dari pasar perbatasan (frontier) menjadi pasar berkembang (emerging market) pada akhir tahun ini.
Negara tersebut telah masuk dalam daftar pemantauan penyedia indeks global FTSE untuk re-klasifikasi sejak 2018 dan diperkirakan akan mendapat tinjauan terbaru pada Oktober mendatang.
Namun, masuknya Vietnam ke dalam indeks pasar berkembang MSCI, yang menjadi acuan utama bagi mayoritas dana global, masih menghadapi hambatan, termasuk pembatasan kepemilikan asing.
Dalam tinjauan Juni lalu, MSCI mencatat bahwa perusahaan di sektor-sektor tertentu yang bersifat kondisional dan sensitif masih tunduk pada batas kepemilikan asing antara 0 hingga 75 persen, yang berdampak pada lebih dari 10 persen pasar ekuitas Vietnam.
"(Reformasi terbaru ini) akan menarik lebih banyak minat asing seiring waktu dan mendukung prospek peningkatan status yang lebih luas melampaui FTSE," kata kepala strategi pasar di Ho Chi Minh City Securities Corporation, Tyler Nguyen.
Perubahan regulasi lain dalam dekret baru ini juga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi investor asing, termasuk penyederhanaan penerbitan kode perdagangan dan pemberian dua kode perdagangan untuk manajer dana asing guna mengoptimalkan manajemen dan pengawasan.
Aturan non-prefunding Vietnam juga semakin diperjelas. Pada November lalu, otoritas menghapus persyaratan prefunding, di mana investor institusi asing harus menyetor dana penuh sebelum menempatkan pesanan beli. Hal ini menurunkan efisiensi modal dan membuat Vietnam kurang menarik dibanding pasar lain.
(NIA DEVIYANA)