Berdasarkan laporan Wall Street Journal, Trump berencana memberlakukan tarif lebih tinggi terhadap lebih banyak negara, dengan tujuan mengatasi defisit perdagangan AS yang dinilainya merugikan.
Pekan lalu, Trump telah mengumumkan tarif 25 persen untuk semua mobil non-Amerika yang akan berlaku mulai 2 April. Selain itu, ada kemungkinan tarif tambahan akan dikenakan pada sektor komoditas, semikonduktor, dan farmasi.
Pasar keuangan khawatir bahwa kebijakan tarif ini akan berdampak negatif terhadap perekonomian AS. Kenaikan tarif akan membebani importir AS, meningkatkan harga barang, dan berpotensi memicu inflasi lebih tinggi.
Menurut analis Goldman Sachs, peluang resesi di AS dalam 12 bulan ke depan mencapai 35 persen, Mereka juga memperkirakan inflasi akan tetap di atas target 2 persen yang ditetapkan Federal Reserve sepanjang 2025.
Kondisi ini semakin diperparah dengan data inflasi terbaru yang lebih tinggi dari perkiraan. Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang merupakan indikator inflasi favorit The Fed, mencatat kenaikan signifikan pada Februari.