Ekonom memperingatkan tarif yang lebih tinggi akan membebani konsumen dan perusahaan dalam negeri, yang pada akhirnya dapat mengurangi daya beli masyarakat serta memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Lebih jauh, bank Sentral AS atau Federal Reserve juga diproyeksi akan menahan Fed Funds Rate (FFR) di level saat ini.
“Lonjakan inflasi akibat tarif ini, ditambah kebijakan lain yang kemungkinan akan menyusul, akan terjadi lebih cepat dan dalam skala yang lebih besar dari yang kami perkirakan sebelumnya,” tulis analis Capital Economics dalam catatan
Selain sentimen tarif perdagangan, perhatian investor juga tertuju pada laporan keuangan perusahaan-perusahaan besar yang akan dirilis pekan ini. Lebih dari 120 perusahaan dalam indeks S&P 500 dijadwalkan melaporkan kinerja kuartal keempat mereka, termasuk raksasa teknologi Alphabet (NASDAQ: GOOG) dan Amazon (NASDAQ: AMZN).
Perusahaan lain yang turut dijadwalkan merilis laporan keuangan adalah Alibaba (NYSE: BABA), AMD (NASDAQ: AMD), Walt Disney (NYSE: DIS), Qualcomm (NASDAQ: QCOM), dan Uber (NYSE: UBER).
Di luar isu perdagangan, para investor tengah menanti data ekonomi utama yang akan dirilis pekan ini. Indeks Manufacturing PMI untuk Januari dijadwalkan rilis pada Senin (3/2/2025).
Perhatian utama juga tertuju pada laporan Non-Farm Payrolls (NFP) Januari yang akan diumumkan Jumat mendatang.
(Febrina Ratna Iskana)