sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Ditutup Melemah, Saham Chipmaker Memerah Imbas Ketegangan Baru AS-China

Market news editor Anggie Ariesta
29/05/2025 07:02 WIB
Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (28/5/2025) waktu setempat.
Wall Street ditutup melemah imbas ketegangan baru AS dan China terkait semikonduktor (ilustrasi). (Foto: Arsip)
Wall Street ditutup melemah imbas ketegangan baru AS dan China terkait semikonduktor (ilustrasi). (Foto: Arsip)

IDXChannel – Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (28/5/2025) waktu setempat. Hal ini dipicu oleh ketegangan baru terkait perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. 

Sentimen negatif ini muncul setelah Presiden Donald Trump dilaporkan memerintahkan pembuat chip software AS untuk berhenti menjual produknya ke Negeri Tirai Bambu. Ini ditambah lagi dengan notulen rapat Federal Reserve (The Fed) Mei yang menyoroti ketidakpastian terkait tarif.

Mengutip Investing, Dow Jones Industrial Average turun 0,58 persen ke 42.098. Sementara itu, indeks S&P 500 melemah 0,56 persen ke 5.888 dan NASDAQ Composite juga melemah 0,51 persen ke 19.100.

Laporan dari Financial Times pada Rabu, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, menyebutkan bahwa Presiden Donald Trump telah memerintahkan desainer chip AS untuk menghentikan penjualan perangkat lunak mereka yang digunakan dalam pembuatan semikonduktor ke China.

Kabar ini langsung membebani saham-saham perusahaan chipmaker. Saham Intel (NASDAQ: INTC), AMD (NASDAQ: AMD), dan Nvidia (NASDAQ: NVDA) mengakhiri hari di zona merah, sesaat sebelum Nvidia merilis laporan keuangan kuartalan setelah penutupan pasar.

Nvidia diproyeksikan mencatat laba per saham sebesar USD0,893 dengan pendapatan USD43,12 miliar untuk tiga bulan hingga 30 April, yang keduanya meningkat pesat dari tahun lalu, menurut data Investing.com.

Perusahaan chipmaker ini diperkirakan diuntungkan dari permintaan domestik yang besar, terutama karena pelanggan terbesarnya—yang disebut sebagai AI hyperscalers di Wall Street—terus menghabiskan miliaran dolar untuk membangun kapasitas pusat data.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement