sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Ditutup Melemah Tertekan Saham Teknologi dan Imbal Hasil Treasury

Market news editor Anggie Ariesta
24/10/2024 07:44 WIB
Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (23/10/2024) waktu setempat. Hal ini disebabkan tekanan dari saham teknologi dan imbal hasil Treasury.
Wall Street Ditutup Melemah Tertekan Saham Teknologi dan Imbal Hasil Treasury. (Foto: MNC Media)
Wall Street Ditutup Melemah Tertekan Saham Teknologi dan Imbal Hasil Treasury. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (23/10/2024) waktu setempat. Hal ini disebabkan tekanan dari saham teknologi usai imbal hasil Treasury terus meningkat.

Mengutip Investing, Dow Jones Industrial Average turun 409 poin, atau 0,96 persen ke 42,514, indeks S&P 500 turun 0,92 persen ke 5.797, dan NASDAQ Composite turun 1,59 persen ke 18,277.

Saham Apple Inc (NASDAQ:AAPL) turun lebih dari 2 persen, memimpin kemerosotan dalam sektor teknologi. Analis pasar Ming-Chi Kuo di TF International, yang dikenal karena kemampuannya dalam memprediksi Apple dengan tepat, menyampaikan pembaruan yang suram tentang permintaan iPhone 16 menjadi salah satu penyebab saham Apple melemah.

Kuo mengatakan Apple telah memangkas total 10 juta pesanan untuk kuartal keempat tahun 2024 hingga paruh pertama tahun 2025.

Saham Boeing Co (NYSE:BA) turun 3 persen setelah melaporkan hasil kuartalan yang meleset dari perkiraan. Boeing tercatat mengalami kerugian kuartalan terbesar sejak 2020. Di sisi lain, AT&T dan Coca-Cola mengalami beragam keuntungan di sisi pendapatan.

Saham AT&T (NYSE:T) naik lebih dari 4 persen setelah raksasa telekomunikasi itu melaporkan biaya penurunan nilai goodwill sebesar USD4,4 miliar terkait dengan unit bisnis-kabelnya, yang menjadikan perusahaan tersebut memperoleh lebih banyak pelanggan nirkabel daripada yang diharapkan pada kuartal ketiga. Hal itu didorong oleh adopsi yang stabil dari paket unlimited tingkat tinggi.

Saham Coca-Cola (NYSE:KO) turun 2 persen setelah raksasa minuman ringan itu melaporkan permintaan yang lesu di tengah kenaikan harga. Hal itu berarti pendapatan kuartalan Coca-Cola mengalahkan ekspektasi.

Saham Texas Instruments (NASDAQ:TXN) naik 4 persen setelah pembuat chip itu melaporkan pendapatan kuartal ketiga yang melampaui ekspektasi, dibantu oleh "momentum" kendaraan listrik China.

Saham Starbucks (NASDAQ:SBUX) naik hampir 1 persen setelah jaringan kedai kopi itu melaporkan hasil awal kuartal keempatnya. Perseroan mencatat penurunan penjualan dan laba bersih karena melemahnya permintaan di AS.

Musim pendapatan kuartalan telah berjalan dengan baik, dengan sekitar seperlima dari S&P 500 melaporkan laba minggu ini.

Tesla (NASDAQ:TSLA) akan melaporkan laba kuartal ketiganya setelah penutupan perdagangan. Tesla merupakan perusahaan AS terbesar yang melaporkan laba minggu ini.

Laba Tesla muncul setelah pengiriman kuartal ketiga pembuat EV itu meleset dari ekspektasi, sementara pengungkapan robotaxi-nya yang telah lama ditunggu-tunggu sebagian besar mengecewakan.

Sementara itu, saham McDonald's (NYSE:MCD) anjlok 5 persen setelah Pusat Pengendalian Penyakit AS mengeluarkan peringatan atas wabah E. coli yang terkait dengan burger dari ritel makanan cepat saji tersebut. CDC mengatakan wabah tersebut menyebabkan 10 pasien dirawat di rumah sakit dan satu kematian di 10 negara bagian.

Namun, analis di Wedbush meremehkan kekhawatiran tentang pukulan finansial yang signifikan terhadap McDonald's, dengan mengatakan dampaknya akan terbatas jika dibandingkan dengan krisis Chipotle (NYSE:CMG) pada 2016.

Chipotle pernah mengalami penurunan pertumbuhan penjualan di toko yang sama sebesar 29,7 persen pada Q1-2016, tetapi McDonald's "berada dalam posisi yang baik untuk mengatasinya dengan cepat, dan dampak apa pun kemungkinan jauh lebih terbatas daripada CMG," kata Wedbush.

Adapun, imbal hasil Treasury terus meningkat pada Rabu karena investor bersiap untuk pernyataan lebih lanjut dari pejabat The Fed yang kemungkinan akan memberikan ekspektasi siklus pemotongan suku bunga yang dalam menyusul data terbaru yang menunjukkan kekuatan ekonomi AS.

Kalender data ekonomi relatif sepi pada Rabu, dengan penjualan rumah yang sudah ada untuk bulan September menjadi rilis utama.

Anggota FOMC Michelle Bowman juga dijadwalkan untuk berbicara, dan pandangannya tentang kebijakan moneter masa depan mengingat ekspektasi yang berubah terhadap kebijakan The Fed yang kurang agresif selama beberapa bulan ke depan.

Fokus beralih ke pemilihan Presiden AS, dengan investor juga semakin memosisikan diri menjelang hari pemungutan suara 5 November 2024 mendatang.

Pasar tampaknya menjadi lebih yakin bahwa kandidat Republik Donald Trump akan mengalahkan kandidat Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris. Tetapi jajak pendapat Reuters/Ipsos baru yang diterbitkan menunjukkan Harris dengan keunggulan tipis 46 persen hingga 43 persen atas Trump.

Hal tersebut menunjukkan hasil yang ketat, dan pasar mungkin akan bergejolak menjelang hari pemungutan suara.

(Febrina Ratna)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement