Sementara itu, pembicaraan dengan India masih menunjukkan sinyal positif, namun negosiasi dengan Jepang sebagai mitra dagang keenam terbesar AS dilaporkan menghadapi hambatan.
Di tengah ketidakpastian itu, bursa saham AS justru menunjukkan reli signifikan. Sejak 8 April 2025, indeks S&P 500 mencapai titik terendah pasca pengumuman tarif atau menguat sekitar 26 persen.
Namun demikian, analis mencatat bahwa investor institusi masih berhati-hati.
“Ini jelas reli yang lebih spekulatif. Dalam beberapa hari terakhir, didorong lebih oleh investor ritel daripada institusi,” ujar Chief Investment Officer di Morgan Stanley Wealth Management, Lisa Shalett, dilansir Investing, Sabtu (5/7/2025).
Meskipun S&P 500 mencatatkan rekor baru, partisipasi investor terhadap saham dinilai masih rendah dibandingkan awal tahun. Deutsche Bank menyebut alokasi ekuitas masih jauh di bawah level Februari 2025.