Namun, ketidakpastian tetap membayangi pasar. Ancaman tarif impor yang menjadi bagian dari agenda ekonomi Trump berpotensi memicu volatilitas pasar dan meningkatkan tekanan inflasi.
Larry Werther, Kepala Ekonom AS di Daiwa Capital Markets America, memperingatkan bahwa keputusan The Fed dapat dipengaruhi oleh risiko kebijakan perdagangan.
“Jika ada indikasi bahwa The Fed melihat tarif sebagai ancaman yang lebih serius terhadap inflasi, hal ini dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar saham,” ujar Werther, dilansir Reuters, Senin (27/1/2024).
Selain keputusan The Fed, perhatian pasar juga tertuju pada laporan keuangan sejumlah perusahaan teknologi besar. Apple, Microsoft, Meta Platforms, dan Tesla, yang termasuk dalam kelompok “Magnificent Seven”, dijadwalkan merilis lapkeu mereka.
Saham-saham yang menjadi penopang kenaikan indeks dalam dua tahun terakhir, dihadapkan pada ekspektasi tinggi. Namun, valuasi mereka yang tinggi menjadi perhatian, dengan rasio price-to-earnings (P/E) rata-rata sebesar 43 kali, jauh di atas rata-rata indeks S&P 500 sebesar 22 kali.
(DESI ANGRIANI)